A. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan
agama sebagai salah satu bidang studi yang diberikan di sekolah dapat terdiri
dari Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Agama Protestan, Pendidikan Agama Khatolik, Pendidikan
Agama Hindu dan atau Pendidikan Agama Budha. Pendidikan
Agama Islam dicantumkan dalam urutan nomer satu dari delapan bidang studi yang
harus diselesaikan dalam perencanaan program pengajaran di sekolah. Program
studi Pendidikan Agama merupakan program wajib yang mesti diikuti oleh setiap
anak didik pada sepanjang tahun selama bersekolah.
Kurikulum
Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah,
dicantumkan dalam kesatuan yang integral bersama-sama
dengan bidang studi lainnya dalam satuan kurikulum untuk sekolah. Kurikulum bidang
studi Pendidikan Agama ini dapat diperoleh dari Kepala Sekolah masing-
masing dan
selanjutnya pada bagian akhir buku Pendidikan Agama Islam di sekolah ini
kurikulum tersebut dicantumkan pula.
Dengan
demikian diharapkan setiap guru agama dapat mempelajari dengan sebaik- baiknya
dan kemudian dapat menggunakannya sesuai dengan teknik pengajaran berdasarkan
prinsip interaktif dan komunikatif dengan memperhatikan kegiatan murid, akan
tetapi harus bertindak sebagai pembimbing dan dapat mengkoordinir lingkungan
serta menyediakan fasilitas agar anak belajar sendiri.[1]
B. Pengertian Pendidikan Agama Islam (PAI)
Pendidikan berasal dari kata “didik” yang
berarti melatih atau mengajar. Sedangkan menurut istilah, pendidikan adalah
usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Agama berasal
dari bahasa sansekerta yang berarti tidak kacau atau teratur. Agama
dapat membebaskan manusia dari
kekacauan yang dihadapi dalam hidupnya bahkan menjelang matinya. Menurut terminologi
agama adalah suatu tata kaidah yang mengatur hubungan manusia dengan yang
Agung.
Islam berasal
dari Bahasa Arab berarti selamat sentosa. Sedangkan secara umum adalah agama
yang disyari’atkan oleh Allah dengan perantaraan para Nabi dan Rasul-Nya, yang
mengandung perintah-perintah, larangan-larangan serta petunjuk-petunjuk untuk
kebahagiaan manusia di dunia dan diakhirat.
Agama
Islam ialah agama yang ajaran-ajarannya
bersumber kepada wahyu dari Allah Swt, yang disampaikan kepada umat manusia
melalui Nabi Besar Muhammad Saw untuk kesejahteraan manusia di dunia dan
akhirat. Dari uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah ilmu yang membahas
pokok-pokok keimanan kepada Allah, cara beribadah kepada-Nya, dan mengatur
hubungan baik sesama manusia, serta makhluk lainnya berdasarkan Al-Qur’an dan
Sunnah Rasul. Pendidikan Agama Islam ialah usaha berupa
bimbingan dan asuhan terhadap anak didik/murid agar
kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran
Agama Islam serta menjadikannya sebagai way
of life (jalan kehidupan).
C. Tujuan Pendidikan Agama Islam
a.
Agar anak didik
/ murid dapat memahami ajaran islam secara elementar ( sederhana ) yang
bersifat menyeluruh, sehingga dapat
digunakannya sebagai pedoman hidup dan amalan perbuatannya, baik dalam hubungan
dirinya dengan Allah Swt, hubungan dirinya dengan masyarakat, maupun hubungan
dirinya dengan alam sekitar.
b.
Membentuk
pribadi yang berakhlak mulia, sesuai dengan ajaran agama Islam.
D. Fungsi Pendidikan Agama Islam
a.
Menumbuhkan habit-forming
(pembentukan kebiasaan) dalam melakukan amal ibadat serta akhlak
yang mulia.
b.
Mendorong
tumbuhnya iman yang kuat.
c.
Mendorong
tumbuhnya semangat untuk mengolah alam sekitar sebagai anugerah Allah Swt
kepada manusia.
Pendidikan
Agama pada umumnya dan Pendidikan Agama Islam pada khususnya adalah sangat
diperlukan dalam membentuk manusia-manusia
pembangunan yang ber-Pancasila dan untuk membentuk manusia Indonesia yang sehat baik
jasmani maupun rohaninya.[2]
E. Pendidikan Karakter
Pendidian
karakter merupakan sebuah istilah yang semakin hari semakin mendapatkan
pengakuan dari masyarakat Indonesia saat ini. Terlebih dengan dirasakannya
berbagai ketimpangan hasil pendidikan dilihat dari perilaku lulusan pendidikan
formal saat ini. Semisal korupsi, perkembangan seks bebas pada kalangan remaja,
narkoba, tawuran, pembunuhan, perampokan oleh pelajar, dan pengangguran lulusan
sekolah menengah dan atas. Semuanya terasa lebih kuat ketika negara ini dilanda
krisis dan tidak kunjung beranjak dari krisis yang dialami. Istilah pendidikan
karakter masih jarang didefinisikan oleh banyak kalangan. Kajian
secara teoritis terhadap pendidikan karakter bahkan salah-salah dapat
menyebabkan salah tafsir tentang makna pendidikan karakter. Beberapa
masalah ketidaktepatan makna yang beredar di masyarakat mengenai makna
pendidikan karakter dapat diidentifikasikan di antaranya sebagai berikut :
a.
Pendidikan
karakter: mata pelajaran agama dan PKn, karena itu menjadi tanggung jawab
guru agama dan PKn.
b.
Pendidikan
karakter: mata pelajaran pendudukan budi pekerti.
c.
Pendidikan
karakter: pendidikan yang menjadi tanggung jawab keluarga, bukan tanggung
jawab sekolah.
d.
Pendidikan
karakter: adanya penambahan mata pelajaran baru dalam KTSP, dsb.
Berbagai
makna yang kurang tepat tentang pendidikan karakter itu bermunculan dan
menempati pemikiran banyak orang tua, guru dan masyarakat
umum. Pendidikan karakter menurut Ratna Megawangi (2004:95), sebuah usaha untuk
mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktekkannya
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang
positif kepada lingkungannya.[3]
Karakter
dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk
hidup dan bekerja sama, baik dalam ligkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan
negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat
keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya.
Karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan
dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan
kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan
perbuatan berdasarkan norma-norma agam, hukum, tata krama, budaya, adat
istiadat, dan estetika. Karakter adalah perilaku yang tampak dalam kehidupan
sehari-hari baik dalam bersikap maupun dalam bertindak.
Karakter
dipegaruhi oleh hereditas. Perilaku seorang anak sering kali tidak jauh dari
perilaku ayah atau ibunya. Dalam bahasa jawa dikenal istilah“ kacang ora
ninggal lanjaran “ (Pohon kacang panjang tidak pernah meninggalkan kayu
atau bambu tempatnya melilit dan menjalar). Kecuali itu lingkungan, baik
lingkungan sosial maupun lingkungan alam ikut membentuk karakter. Mengacu pada
berbagai pengertian dan definisi karakter tersebut di atas, serta faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi karakter, makna karakter dapat dimaknai sebagai nilai
dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh
hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain,
serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
pengertian yang sederhana pendidikan karakter adalah hal positif apa saja yang
dilakukan guru dan berpengaruh kepada karakter siswa yang diajarnya. Pendidikan
karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk
mengajarkan nilai-nilai kepada para siswanya (Winton, 2010).[4]
F. Fungsi Edukatif Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam (PAI) mempunyai beragam
fungsi atau kegunaan yang sangat luas. Salah satu fungsi terdepan dalam Pendidikan
Agama Islam adalah dalam bidang edukasi yaitu Pendidikan Agama Islam selalu
mengajarkan dan membimbing semua umatnya agar senantiasa mampu menonjolkan dan
mempraktekkan sikap maupun segala jenis tindakan yang sesuai dengan nilai-nilai
keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, ia juga mendorong setiap
individu untuk selalu patuh dan taat serta mengimplementasikan ajaran dan
perintah agama.
G. Pembentukan Karakter Anak Melalui Fungsi Edukatif PAI
Pendidikan Agama Islam sejak dini akan sangat
efektif dalam segi edukatifnya untuk mempengaruhi pembentukan karakter anak
yang baik. Ini karena di dalam sebuah ruang lingkup keluarga dibutuhkan
keharmonisan dan keseimbangan antar anggotanya. Peran
pribadi yang senior diharuskan memberi pelajaran kepada junior dan sesuai dengan porsinya sehingga
dapat membawa angin perubahan menuju sesuatu yang positif.
Dipandang dari segi keterkaitannya, pembentukan
karakter dasar seorang anak sejak dini tentu sangat erat hubungannya dengan apa
yang diajarkan dalam sisi edukatif Pendidikan Agama Islam. Telah begitu banyak
bukti dan realita yang benar-benar membuktikan secara nyata bahwasannya
pembelajaran Pendidikan Agama Islam berperan besar dan mayoritas mampu
mengantarkan tiap individu agamis menghadapi kesulitan dan problematika yang
ada dengan arif dan bijaksana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar