Sabtu, 15 Juni 2013

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEBAGAI PENDIDIKAN NILAI


A.    Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama sebagai salah satu bidang studi yang diberikan di sekolah dapat terdiri dari Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Agama Protestan, Pendidikan Agama Khatolik, Pendidikan Agama Hindu dan atau Pendidikan Agama Budha. Pendidikan Agama Islam dicantumkan dalam urutan nomer satu dari delapan bidang studi yang harus diselesaikan dalam perencanaan program pengajaran di sekolah. Program studi Pendidikan Agama merupakan program wajib yang mesti diikuti oleh setiap anak didik pada sepanjang tahun selama bersekolah.
Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah, dicantumkan dalam kesatuan yang integral bersama-sama dengan bidang studi lainnya dalam satuan kurikulum untuk sekolah. Kurikulum bidang studi Pendidikan Agama ini dapat diperoleh dari Kepala Sekolah masing- masing dan selanjutnya pada bagian akhir buku Pendidikan Agama Islam di sekolah ini kurikulum tersebut dicantumkan pula.
Dengan demikian diharapkan setiap guru agama dapat mempelajari dengan sebaik- baiknya dan kemudian dapat menggunakannya sesuai dengan teknik pengajaran berdasarkan prinsip interaktif dan komunikatif dengan memperhatikan kegiatan murid, akan tetapi harus bertindak sebagai pembimbing dan dapat mengkoordinir lingkungan serta menyediakan fasilitas agar anak belajar sendiri.[1]
B.    Pengertian Pendidikan Agama Islam (PAI)
Pendidikan berasal dari kata “didik” yang berarti melatih atau mengajar. Sedangkan menurut istilah, pendidikan adalah usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Agama berasal dari bahasa sansekerta yang berarti tidak kacau atau teratur. Agama dapat membebaskan manusia dari kekacauan yang dihadapi dalam hidupnya bahkan menjelang matinya. Menurut terminologi agama adalah suatu tata kaidah yang mengatur hubungan manusia dengan yang Agung.
Islam berasal dari Bahasa Arab berarti selamat sentosa. Sedangkan secara umum adalah agama yang disyari’atkan oleh Allah dengan perantaraan para Nabi dan Rasul-Nya, yang mengandung perintah-perintah, larangan-larangan serta petunjuk-petunjuk untuk kebahagiaan manusia di dunia dan diakhirat.
Agama Islam ialah agama yang ajaran-ajarannya bersumber kepada wahyu dari Allah Swt, yang disampaikan kepada umat manusia melalui Nabi Besar Muhammad Saw untuk kesejahteraan manusia di dunia dan akhirat. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah ilmu yang membahas pokok-pokok keimanan kepada Allah, cara beribadah kepada-Nya, dan mengatur hubungan baik sesama manusia, serta makhluk lainnya berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Pendidikan Agama Islam ialah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik/murid agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran Agama Islam serta menjadikannya sebagai  way of life (jalan kehidupan).
C.    Tujuan Pendidikan Agama Islam
a.   Agar anak didik / murid dapat memahami ajaran islam secara elementar ( sederhana ) yang bersifat menyeluruh, sehingga dapat digunakannya sebagai pedoman hidup dan amalan perbuatannya, baik dalam hubungan dirinya dengan Allah Swt, hubungan dirinya dengan masyarakat, maupun hubungan dirinya dengan alam sekitar.
b.   Membentuk pribadi yang berakhlak mulia, sesuai dengan ajaran agama Islam.
D.    Fungsi Pendidikan Agama Islam
a.   Menumbuhkan habit-forming (pembentukan kebiasaan) dalam melakukan amal ibadat serta akhlak yang mulia.
b.   Mendorong tumbuhnya iman yang kuat.
c.   Mendorong tumbuhnya semangat untuk mengolah alam sekitar sebagai anugerah Allah Swt kepada manusia.
Pendidikan Agama pada umumnya dan Pendidikan Agama Islam pada khususnya adalah sangat diperlukan dalam membentuk manusia-manusia pembangunan yang ber-Pancasila dan untuk membentuk manusia Indonesia yang sehat baik jasmani maupun rohaninya.[2]
E.     Pendidikan Karakter
Pendidian karakter merupakan sebuah istilah yang semakin hari semakin mendapatkan pengakuan dari masyarakat Indonesia saat ini. Terlebih dengan dirasakannya berbagai ketimpangan hasil pendidikan dilihat dari perilaku lulusan pendidikan formal saat ini. Semisal korupsi, perkembangan seks bebas pada kalangan remaja, narkoba, tawuran, pembunuhan, perampokan oleh pelajar, dan pengangguran lulusan sekolah menengah dan atas. Semuanya terasa lebih kuat ketika negara ini dilanda krisis dan tidak kunjung beranjak dari krisis yang dialami. Istilah pendidikan karakter masih jarang didefinisikan oleh banyak kalangan. Kajian secara teoritis terhadap pendidikan karakter bahkan salah-salah dapat menyebabkan salah tafsir tentang makna pendidikan karakter. Beberapa masalah ketidaktepatan makna yang beredar di masyarakat mengenai makna pendidikan karakter dapat diidentifikasikan di antaranya sebagai berikut :
a.      Pendidikan karakter: mata pelajaran agama dan PKn, karena itu menjadi tanggung jawab guru agama dan PKn.
b.     Pendidikan karakter: mata pelajaran pendudukan budi pekerti.
c.      Pendidikan karakter: pendidikan yang menjadi tanggung jawab keluarga, bukan tanggung jawab sekolah.
d.     Pendidikan karakter: adanya penambahan mata pelajaran baru dalam KTSP, dsb.
Berbagai makna yang kurang tepat tentang pendidikan karakter itu bermunculan dan menempati pemikiran banyak orang tua, guru dan masyarakat umum. Pendidikan karakter menurut Ratna Megawangi (2004:95), sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.[3]
Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam ligkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya. Karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agam, hukum, tata krama, budaya, adat istiadat, dan estetika. Karakter adalah perilaku yang tampak dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bersikap maupun dalam bertindak.
Karakter dipegaruhi oleh hereditas. Perilaku seorang anak sering kali tidak jauh dari perilaku ayah atau ibunya. Dalam bahasa jawa dikenal istilah“ kacang ora ninggal lanjaran “ (Pohon kacang panjang tidak pernah meninggalkan kayu atau bambu tempatnya melilit dan menjalar). Kecuali itu lingkungan, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam ikut membentuk karakter. Mengacu pada berbagai pengertian dan definisi karakter tersebut di atas, serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi karakter, makna karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pengertian yang sederhana pendidikan karakter adalah hal positif apa saja yang dilakukan guru dan berpengaruh kepada karakter siswa yang diajarnya. Pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada para siswanya (Winton, 2010).[4]
F.     Fungsi Edukatif Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam (PAI) mempunyai beragam fungsi atau kegunaan yang sangat luas. Salah satu fungsi terdepan dalam Pendidikan Agama Islam adalah dalam bidang edukasi yaitu Pendidikan Agama Islam selalu mengajarkan dan membimbing semua umatnya agar senantiasa mampu menonjolkan dan mempraktekkan sikap maupun segala jenis tindakan yang sesuai dengan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, ia juga mendorong setiap individu untuk selalu patuh dan taat serta mengimplementasikan ajaran dan perintah agama.
G.    Pembentukan Karakter Anak Melalui Fungsi Edukatif PAI
Pendidikan Agama Islam sejak dini akan sangat efektif dalam segi edukatifnya untuk mempengaruhi pembentukan karakter anak yang baik. Ini karena di dalam sebuah ruang lingkup keluarga dibutuhkan keharmonisan dan keseimbangan antar anggotanya. Peran pribadi yang senior diharuskan memberi pelajaran kepada junior dan sesuai dengan porsinya sehingga dapat membawa angin perubahan menuju sesuatu yang positif.
Dipandang dari segi keterkaitannya, pembentukan karakter dasar seorang anak sejak dini tentu sangat erat hubungannya dengan apa yang diajarkan dalam sisi edukatif Pendidikan Agama Islam. Telah begitu banyak bukti dan realita yang benar-benar membuktikan secara nyata bahwasannya pembelajaran Pendidikan Agama Islam berperan besar dan mayoritas mampu mengantarkan tiap individu agamis menghadapi kesulitan dan problematika yang ada dengan arif dan bijaksana.



[1]Rachman Shaleh, Pendidikan Agama Islam Di Sekolah Dasar, ( Jakarta : Bulan Bintang) Hlm. 12
[2]Ibid, Pendidiakan Agama ...Hlm. 14
[3]Dharma Kesuma,dkk.  Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011), Hlm. 4
[4]Muchlas Samami & Hariyanto, Konsep dan model pendidika karakter, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011), Hlm. 43

Tidak ada komentar:

Posting Komentar