Senin, 02 Januari 2012

RINGKASAN : SEJARAH PERADABAN ISLAM


Judul                                   :Sejarah Peradaban Islam
Tahun Terbit                       : 2008
Penulis                                : Dedi Supriyadi M.Ag.
Penerbit                              : CV. Pustaka Setia
Alamat Penerbit                  : Jalan BKR. (lingkar selatan) No. 162-164 Bandung 40253
Jumlah Halaman                  : 336 hlm ; 16x23,5 cm
No. ISBN                           : 979-730-928-2
BAB I
A.      Konsep Sejarah
Mengenal Konsep Sejarah, Kebudayaan, dan Peradaban
                Sejarah, dalam bahasa Arab, tarikh atau history (inggris), adalah cabang ilmu pengetahuan yang berkenaan dangan kronologi berbagai peristiwa. Definisi serupa diungkapkan oleh Abd. Ar-Rahman As-Sakhawi bahwa sejarah adalah seni yang berkaitan dengan serangkaian anekdot yang berbentuk kronologi peristiwa. Secara teknis formula, Nisar Ahmad Faruqi menjelaskan formula yang digunakan di kalangan sarjana Barat bahwa sejarah terdiri atas (man + time + space = history).
Secara 
    Secara ringkas, menurut Gottschalk, pengertian sejarah tidak lebih dari sebuah rekaman peristiwa masa lampau manusia dengan segala sisinya. Sementara itu, Ibn. Khaldun berpandangan bahwa sejarah tidak hanya dipahami sebagai suatu rekaman peristiwa masa lampau, tetapi juga penalaran kritis untuk menemukan kebenaran suatu peristiwa pada masa lampau. Dengan demikian, unsur penting dalam sejarah adalah adanya pelaku, yaitu manusia, dan daya kritis dari peneliti sejarah. 
B.      Konsep Kebudayaan dan Peradaban
1.       Pengertian Kebudayaan
Buku The World Book Encyclopedia menjelaskan secara rinci dan sistematik bahwa kebudayaan adalah semua aktivitas manusia yang nyata termasuk prestasi dalam berbagai bidang, yang berlangsung dari satu generasi manusia ke generasi berikutnya. Kebudayaan bermakna berbagai kegiatan yang menggunakan bahasa, menikah, membesarkan anak, mencari nafkah, menjalankan pemerintahan, berjuang dalam perang, dan ikut serta dalam berbagai kegiatan keagamaan.  Adapun kebudayaan dalam arti sempit adalah serangkaian cara hidup dari komunitas masyarakat.
2.       Hubungan Kebudayaan dan Peradaban
Kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu masyarakat, sedangkan manifestasi-manifestasi kemajuan kemajuan mekanis dan teknologis lebih berkaitan dengan peradaban. Kalau kebudayaan lebih direfleksikan dalam seni, sastra, religi (agama), dan moral, peradaban terefleksi dalam politik, ekonomi dan teknologi.
Menurut Koenjraningrat, kebudayaan mempunyai tiga wujud : 1. Wujud Ideal, 2. Wujud kelakuan, 3. Wujud benda. Adapun istilah peradaban biasanya dipakai untuk bagian-bagian dan unsur-unsur dari kebudayaan yang halus dan indah. Menurutnya, peradaban sering juga dipakai untuk menyebut suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan dan ilmu pengetahuan yang maju dan kompleks.
Untuk memudahkan hubungan antara kebudayaan dan peradaban menurut pendapat Speengler yang dikutip oleh Samuel P. Huntington, bahwa kebudayaan adalah untuk menunjuk upaya-upaya manusia yang masih terus berlanjut, sedangkan peradaban untuk menunjukkan titik akhir dari kegiatan mereka.
BAB II
Periodesasi Perkembangan Peradaban Islam
Gambaran Umum Periodesasi Islam
Di kalangan sejarahwan terdapat perbedaan tentang saat dimulainya sejarazh Islam. Secara umum perbedaan pendapat tersebut dapat dibedakan menjadi dua. Pertama, sebagian sejarahwan berpendapat bahwa sejarah Islam dimulai sejak Nabi Muhammad SAW. Olehg karena itu, menurut pendapat ini, selama 13 tahun Nabi Muhammad SAW, tinggal di Mekah telah lahir masyarakat muslim walaupun belum berdaulat.
Kedua, sebagian sejarawan berpendapat bahwa sejarah umat islam dimulai sejak Nabi M uhammad SAW hijrah ke Madinah karena masyarakat muslim baru berdaulat ketika Nabi Muhammad SAW tinggal di Madinah.
Di samping perbedaan mengenai awal sejarah umat islam, sejarawan juga berbeda dalam menentukan fase-fase atau periodesasi sejarah Islam. Paling tidak, ada dua periodesasi Islam yang dikemukakan oleh ulama Indonesia, yaitu A. Hasymy dan Harun Nasution. Menurut A. Hasymy, peridesasi sejarah Islam adalah sebagai
Berikut :
1.       Permulaan Islam (610-661 M)
2.       Daulah Ammawiyah (661-750 M)
3.       Daulah Abbasiyah I (750-847 M)
4.       Daulah Abbasiyah II (847-946 M)
5.       Daulah Abbasiyah III (946-1075 M)
6.       Daulah Mughal (1261-1520 M)
7.       Daulah Ustmaniyah (1520-1801)
8.       Kebangkitan (1801 sampe sekarang).
Harun Nasution dan Nourouzaman Shidiqi membagi sejarah islam menjadi tiga periode, yaitu :
1.       Periode Klasik (650-1250 M)
2.       Periode Pertengahan (1250-1800 M)
3.       Periode Modern (1800-sekarang)





BAB III
Peradaban Islam Pada Masa Arab Pra-Islam
A.      Silsilah Bangsa Arab Pra-Islam
Bangsa arab mempunyai akar panjang dalam sejarah, mereka termasuk ras atau rumpun bangsa Caucasoid, dalam subras Mediterranean yang anggotanya meliputi wilayah sekitar laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arabia, dan Irania.
Bangsa arab hidup berpindah-pindah, nomad, karena tanahnya gurun pasir yang
kering dan sangat sedikit turun hujan. Perpindahan mereka dari satu tempat ke tempat lain mengikuti tumbuhnya stepa atau padang rumput yang tumbuh di tanah arab disekitar oasis atau genangan air setelah turun hujan. Mereka mendiami wilayah jazirah Arabia yang dahulu merupakan sambungan dari wilayah gurun yang membentang dari barat sahara di Afrika hingga ke timur meliputi Asia, Iran Tengah dan Gurun Gobi di Cina. Wilayah itu sangat kering dan panas karena uap air tidak memenuhi kebutuhan untuk mendinginkan daratan luas yang berbatu. Penduduk Arab tinggal di kemah-kemah dan hidup berburu untuk mencari nafkah, bukan bertani dan berdagang yang tidak diyakini sebagai kehormatan bagi mereka, memang negeri itu susah ditanami dan diolah. 
Meskipun demikian, wilayah ini subur dalam menghasilkan bahan perminyakan.  Dalam analisis Philip K. Hitty, semenanjumg Arab dan orang-orang Arab sudah dikenal baik oleh orang Yunani dan Romawi. Sebab negeri tersebut berada di jalur perdagangan mereka meneju India dan Cina. Negeri ini dikenal sebagai penghasil berbagai komoditas yang sangat bernilai dipasaran barat. Penduduknya adalah pedagang perantara di laut-laut selatan, seperti halnya kerabat mereka, orang-orang pheonisia sebelumnya merupakan orang-orang Mediterania. 
Peradaban Arab adalah akibat pengaruh dari budaya bangsa-bangsa di sekitarnya yang lebih dahulu maju daripada kebudayaan dan peradaban Arab. Pengaruh tersebut masuk ke Jazirah Arab melalui beberapa jalur, yang terpenting diantaranya adalah melalui hubungan dagang dengan bangsa lain, melalui kerajaan-kerajaan protektorat, Hirah dan Ghassan, serta masuknya misi Yahudi dan Kristen.
  Mayoritas orang Arab menganut agama Yahudi, pandai bercocok tanam dan membuat alat-alat dari besi. Seperti perhiasan dan persenjataan. Sama dengan penganut agama yahudi, orang-orang Kristen juga mendapat pengaruh dari kebudayaan Hellenisme dan pemikiran Yunani. Daerah Kristen yang terpenting adalah Najran, sebuah daerah yang subur. Penganut agama Kristen tersebut berhubungan dengan Habasyah (Ethiopia), Negara yang melindungi agama ini. Penganut aliran Nestorianlah yang bertindak sebagai penghubung antara kebudayaan Yunani dan kebudayaan Arab pada masa awal kebangkitan islam.
Walaupun agama Yahudi dan Kristen sudah masuk ke Jazirah Arab, bangsa Arab kebanyakan masih menganut agama asli mereka, yaitu percaya pada banyak dewa yang diwujudkan dalam bentuk berhala dan patung. Setiap kabilah mempunyai berhala sendiri. Berhala-berhala tersebut dipusatkan di Ka’bah, tetapi di tempat-tempat lain juga banyak terdapat berhala.
Orang-orang Arab adalah orang yang bangga, tetapi sensitif. Kebanggaan itu disebabkan bahwa bangsa Arab memiliki sastra yang terkenal, kejayaan sejarah Arab, dan mahkota bumi pada masa klasik dan bahasa Arab sebagai bahasa ibu yang terbaik di antara bahasa-bahasa lain di dunia.
BAB IV
Peradaban Islam Pada Masa Nabi Muhammad SAW
A.      Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW dilahirkan pada Tahun Gajah, tahun ketika pasukan gajah Abrahah menyerang Mekah untuk menghancurkan Kabah, namun pasukan Abrahah mengalami kehancuran. Peristiwa itu terjadi kira-kira pada tahun 570 M. Merupakan suatu kebiasaan diantara orang-orang kaya dan kaum bangsawan  Arab bahwa ibu-ibu tidak mengasuh anak-anak mereka, tetapi mereka mengirimkan anak-anak itu ke pedesaan untuk diasuh dan dibesarkan di sana. Begitupula, Muhammad setelah diasuh beberapa lama oleh ibunya, dia diasuh oleh Halimah dari suku Banu Sa’ad untuk diasuh dan dibesarkan. Pada usia 6 tahun, Muhammad sudah kehilangan orang tuanya. Setelah Aminah meninggal, Abdul Muthalib mengambil alih tanggung jawab merawat Muhammad. Namun, dua tahun, kemudian Abdul Muthalib meninggal dunia karena renta. Tanggung jawab selanjutnya beralih pada pamannya, Abu Tholib.  
B.      Peradaban Pada Masa Rasulullah SAW
Peradaban atau kebudayaan pada Masa Rasulullah SAW yang paling dahsyat adalah perubahan sosial. Suatu perubahan mendasar dari masa kebobrokan moral menuju moralitas yang beradab. Dalam tulisan Ahmad Al-Husairy, diuraikan bahwa peradaban pada masa Nabi dilandasi dengan asas-asas yang diciptakan sendiri oleh Muhammad di bawah bimbingan wahyu. Diantaranya adalah sebagai berikut :
1.       Pembangunan Masjid Nabawi.
2.       Persaudaraan antara kaum Muhajirin dan Anshar.
3.       Kesepakatan untuk Saling Membantu antara Kaum Muslimin dan Non-Muslimin.
4.       Peletakan Asas-asas politik, Sosial, dan Ekonomi.
BAB V
A.      Peradaban Islam Pada Masa Khulafa Ar-Rasyidin
a.       Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq
Abu Bakar merupakan orang yang pertama kali masuk Islam ketika Islam mulai didakwakan. Baginya, tidaklah sulit untuk mempercayai ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, dikarenakan sejak kecil, ia telah mengenal keagungan Muhammad. Setelah masuk Islam, ia tidak segan untuk menumpahkan segenap jiwa dan harta bendanya untuk Islam. Pengorbanan Abu Bakar terhadap Islam tidak dapat diragukan. Ia juga pernah ditunjuk Rasul sebagai penggantinya untuk mengimami shalat ketika Nabi sakit. Pun wafat tak lama setelah kejadian tersebut. Karena tidak ada pesan mengenai siapa penggantinya di kemudian hari, pada saat jenazah Nabi belum dimakamkan diantara umat Islam, ada yang mengusulkan untuk cepat-cepat memikirkan pengganti Nabi.
Aturan-aturan yang jelas tentang pengganti Nabi tidak ditemukan, yang ada hanyalah sebuah mandat yang diterima Abu Bakar menjelang wafatnya Nabi untuk menjadi badal imam shalat. Abu Bakar dipilih berdasarkan musyawarah dan mengakibatkan perpecahan antara umat islam.
Bentuk peradaban yang paling besar pada masa Abu Bakar adalah penghimpunan Al-Qur’an. Abu Bakar As-Shiddiq memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit untuk menghimpun Al-Qur’an dari pelepah kurma, kulit binatang, dan dari hafalan kaum Muslimin.
Selain itu, peradaban Islam terjadi pada praktik pemerintahan Abu Bakar terbagi menjadi beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut :
1.       Dalam bidang pranata social ekonomi adalah mewujudkan keadilan dan kesejahteraan sosial rakyat.
2.       Mengenai suksesi kepemimpinan atas inisiatifnya sendiri dengan menunjuk Umar bin Khattab untuk menggantikannya.
b.      Khalifah Umar Ibn Al-Khattab
Umar Ibn Al-Khattab dilahirkan di Mekah dari keturunan suku Quraisy yang terpandang dan terhormat. Ia lahir empat tahun sebelum terjadinya perang fijar. Tiga belas tahun lebih muda dari Nabi Muhammad SAW.
Sebelum masuk IOslam, Umar termasuk diantara kaum kafir Quraisy yang paling ditakuti oleh orang-orang yang sudah masuk Islam. Dia sering menyebar fitnah dan menuduh Nabi Muhammad sebagai penyair tukang tenung. Setelah Umar masuk Islam, pada bulan Dzulhijjah kepribadiannya bertolak belakang dengan keadaan sebelumnya. Dia berubah menjadi salah seorang yang gigih dan setia membela agama Islam. Bahkan dia termasuk seorang sahabat yang terkemuka dan paling dekat dengan Nabi Muhammad SAW.
Umar dipilih sebagai khalifah berdasarkan penunjukkan Abu Bakar yang dilakukan di saat ia jatuh sakit, dan juga berdasarkan musyawarah umat. Selama sepuluh tahun pemerintahan Umar (13 H./634 M.-23 H./644 M.), sebagian besar ditandai oleh penaklukan-penaklukan untuk melebarkan pengaruh Islam ke luar Arab.
Peradaban yang paling signifikan pada masa Umar, selain pola administratif pemerintahan, peperangan, dan sebagainya adalah pedoman dalam peradilan. 
c.       Khalifah Utsman bin Affan
Ustman lahir pada tahun 576 , enam tahun setelah kelahiran Rasulullah SAW. Ia dijuluki dzun-nurain, karena menikahi dua putrid Rasulullah, secara berurutan setelah yang satu meninggal, yakni Ruqayyah dan Ummu Kulsum.
Beliau diangkat menjadi Khalifah berdasarkan pemilihan yang dilakukan dewan formatur yang dibentuk Umar yaitu Ali, Ustman, Sa’ad bin Abi Waqash, Aburrahman bin Auf, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidilah.
Peradaban pada masa Ustman bin Affan adalah karya besar monumental yaitu membukukan Al-Qur’an. Pembukuan ini didasarkan atas alasan dan pertimbangan untuk mengakhiri perbedaan bacaan di kalangan umat Islam yang diketahui waktu ekspedisi militer ke Armenia dan Azerbaijan. Pembukuan ini dilaksanakan oleh suatu kepanitiaan yang di ketuai oleh Zaid bin Tsabit.
Adapun kegiatan pembangunan di wilayah Islam yang luas itu, meliputi pembangunan-pembangunan daerah-daerah pemukiman, jembatan, jalan, masjid, wisma tamu, pembangunan kota-kota baru yang kemudian tumbuh pesat. Masjid Nabi di Madinah diperluas. Pembangunan berbagai sarana umum ini menunjukkan bahwa Ustman sangat memperhatikan kemaslahatan public sebagai bentuk dari manifestasi kebudayaan sebuah masyarakat.
d.      Khalifah Ali bin Abi Thalib
Ali adalah putra Abi Thalib ibn Abdul Muthalib. Ia adalah sepupu Nabi Muhammad yang kemudian menjadi menantunya karena menikahi putri Rasulullah. Ia masuk Islam ketika usianya sangat muda dan termasuk orang yang pertama masuk Islam dari golongan pria. Ali termasuk orang yang pandai memainkan pedang dan pena, bahkan dia dikenal sebagai seorang orator. Ia juga seorang yang pandai dan bijaksana.
Pemerintahan Khalifah Ali dapat dikatakan sebagai pemerintahan yang tidak stabil karena adanya pemberontakan dari kaum Muslimin. Pemberontakan diawali oleh penarikan bai’at oleh Thalhah dan Zubair, karena alasan bahwa Ali tidak memenuhi tuntutan mereka untuk menghukum pembunuh khalifah Ustman.
Khalifah Ali telah berusaha untuk menghindari pertumpahan darah dengan mengajukan kompromi, tetapi beliau tidak berhasil sampai akhirnya terjadi pertempuran antara khalifah Ali bersama pasukannya dengan Thalhah, Zubair, dan Aisyah bersama pasukannya. Perang ini terjadi pada tahun 36 H. Thalhah dan Zubair terbunuh ketika hendak melarikan diri dan Aisyah dikembalikan ke Madinah. Dan puluhan ribu umat Islam gugur dalam peperangan ini.
Peprangan antar umat Islam terjadi lagi yaitu antara khalifah Ali bersama pasukannya dan Muawiyah sebagai gubernur Suriah bersama pasukannya. Peperangan ini terjadi di kota Shiffin pada tahun 37 yang hamper saja dimenangkan oleh khalifah Ali. Namun, atas kecerdikan Muawiyah, yang mengacungkan Al-Qur’an dengan tombaknya, yang mempunyai arti bahwa mereka mengajak berdamai. Khalifah Ali mengetahui bahwa hal tersebut adalah tipu muslihat, namun karena didesak pasukannya, khalifah Ali menerima tawaran tersebut. Akhirnya terjadi peristiwa tahkim yang secara politis khalifah Ali mengalami kekalahan.
BAB VI
Peradaban Islam Pada Muawiyah Timur (661-680 M.)
a.       Masa Umayah di Timur (661-680 M.)
Perintisan Dinasti Umayah dilakukan oleh Muawiyah dengan cara menolak membaiat Ali, berperang melawan Ali, dan melakukan perdamaian (tahkim) dengan pihak Ali yang secara politik sangat menguntungkan Muawiyah.
Pada masa itu, umat Islam telah bersentuhan dengan peradaban Persia dan Bizantium. Oleh karena itu, Muawiyah juga bermaksud meniru suksesi kepemimpinan yang ada di Persia dan Bizantium, yaitu monarki (kerajaan).
Pemerintahan Bani Umayah dinisbatkan kepada Umayah bin Abd Syams bin Abdi Manaf. Muawiyah melaksanakan perubahan-perubahan besar dan menonjol dalam pemerintahan Negara itu. Angkatan daratnya kuat dan efisien. Dia dapat mengandalkan pasukan orang-orang siria yang taat dan setia, yang tetap berdiri di sisinya dalam keadaan yang paling berbahaya sekalipun.
Secara umum, penaklukan Bani Umawiyah, meliputi tiga wilayah. Pertama, melawan pasukan Romawi di Asia kecil, kedua, wilayah Afrika Utara, dan ketiga, wilayah timur. Penaklukan ini sampai ke sebelah timur Irak. Kemudian meluas ke wilayah Turkistan di utara, serta ke wilayah Sindh daerah selatan.
Peradaban pada masa Umayah timur adalalah penyempurnaan tulisan Al-Qur’an. Al-Qur’an yang telah di kodifikasi pada zaman Abu Bakar dan Ustman bin Affan ditulis tanpa titik. Menurut salah satu riwayat, ulama pertama yang memberikan baris dan titik pada huruf-huruf Al-Qur’an adalah Hasan Al-Bashri (642-728 M.) atas perintah Abd Al-Malik ibn Marwan. Abd Al-Malik ibn Marwan mengintruksikan kepada Al-Hajjaj untuk menyempurnakan tulisan Qur,an; Al-Hajjaj meminta Hasan Al-Bashri untuk menyempurnakannya.
Hasil peradaban yang lainnya adalah penulisan hadis. Umar bin Abdul Aziz adalah khalifah yang mempelopori penulisan (tadwin) hadis. Beliau memerintahkan kepada Abu Bakar ibn Muhammad ibn Amr Ibn Hajm (120 H.), gubernur Madinah, untuk menuliskan hadis yang ada dalam hafalan-hafalan penghafal hadis.
BAB VII
Islam di Andalusia (Spanyol)
a.       Sejarah singkat Perluasan Islam Atas Spanyol
Sebelum menaklukkan Spanyol, umat Islam terlebih dahulu menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari Dinasti Bani Umayah. 
Ekspansi umat Islam ke Spanyol terjadi pada masa Al-Walid menjabat khalifah. Al-Walid mengizinkan gubernurnya untuk mengirimkan pasukan militer ke Spanyol. Pada awalnya Musa bin Nusair mengutua Tharif bin Malik untuk memimpin pasukan ekspedisi yang bertujuan menjajagi daerah-daerah sasaran. Musa bin Nusyair menugaskan Tariq bin Ziyad untuk memimpin pasukan tentara sebanyak 7000 orang. Thariq berlayar melalui Laut Tengah menuju daratan Spanyol dan berhasil mendarat di sebuah bukit yang kemudian dinamakan Gibraltar.
                Ketika Roderick mengetahui bahwa Thariq dengan pasukannya telah memasuki negeri Spanyol, ia mengumpulkan pasukan penangkal sejumlah 25.000 tentara. Menyadari jumlah musuh yang jauh berbeda, Thariq meminta bantuan kepada Musa bin Nusyair, dan Thariq mendapat tambahan pasukan sebanyak 12.000 tentara.
                Pada hari minggu tanggal 18 Juli 711 M, kedua pasukan bertemu di danau Janda dekat mulut sungai Barbate. Pertemuan berlangsung selama 8 hari dan kemenangan berada pada pihak Thariq. Tentara Thariq dalam peperangan itu mendapat bantuan dari pasukan Roderick yang membelot, Thariq kemudian melakukan penaklukan di Toledo. Kemudian Archidona dan Granada dapat ditundukkan, dan satu datasemen yang dipimpin oleh Mughtr Ar-Rumi dapat menaklukkan kota Cordova yang kemudian dijadikan ibokota pemerintahan Islam.
Setelah Spanyol dan kota-kota yang pentingnya jatuh ke tangan umat Islam, sejak saat itu secara politik Spanyol berada di bawah kekuasaan Khalifah Bani Umayah.
b.      Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan
Masuknya Islam di Spanyol pada sekitar permulaan abad ke 8 M., telah membuka cakrawala baru dalam sejarah Islam. Dalam rentang waktu selama kurang lebih tujuh setengah abad, umat Islam di Spanyol telah mencapai kemajuan yang pesat, baik di bidang ilmu pengetahuan maupun kebudayaan.
Kemajuan peradaban di Spanyol Islam pada saat ini berimbas pada bangkitnya renaisans dunia barat pada abad pertengahan sehingga dapat dikatakan bahwa Arab Spanyol adalah guru bagi Eropa dan Universitas Cordova, Toledo, sedangkan Seville berfungsi sebagai sumber asli kebudayaan Arab, non-Arab, Muslim, Kristen, Yahudi, dan agama lain sampai beberapa abad kemudian. Cordova sebagai ibukota Spanyol merupakan pusat peradaban Islam yang tinggi yang dapat menyamai kemasyhuran Baghdad di tmur, dan Kairo di Mesir.
                Kemajuan yang di raih umat Islam di Spanyol adalah mju dalam bidang filsafat, sains, bahasa sastra dan musik, sejarah dan geografi, fiqh serta kemajuan dalam pembangunan fisik.
                Beberapa factor kemunduran yang akhirnya membawa kehancuran Islam di Spanyol adalah sebagai berikut :
1.       Munculnya khalifah-khalifah yang lemah
2.        Konflik antara Islam dan Kristen
3.       Munculnya dinasti-dinasti kecil
4.       Kemerosotan ekonomi
5.       System peralihan kekuasaan yag tidak jelas.
BAB VIII
Peradaban Islam Pada Masa Abbasiyah
a.       Periodesasi Masa Abbasiyah
Para sejarahwan mengklarifikasi peride Abbasiyah berbeda-beda. Al-Khudri, Guru Besar Ilmu Sejarah dari Universitas Mesir membagi ke dalam 5 masa :
1.       Masa kuat-kuasa dan bekerja membangun, berjalan 100 tahun lamanya, dari 132 sampai 232 H.
2.       Masa berkuasanya panglima-panglima Turki, berjalan 100 tahun lamanya dari 232 sampai 334 H.
3.       Masa berkuasanya Bani Buyah (Buwayhid), berjalan 100 tahun lamanya, dari 334 sampai 447 H.
4.       Masa berkuasanya Bani Saljuk (Seljuqiyak), berjalan 100 tahun lamanya, dari 447 sampai 530 H.
5.       Masa gerak balik kekuasaan politik khalifah-khalifah Abbasiyah dengan merajalelanya para panglima perang, selama 125 tahun, dari 530 H. sampai musnahnya  Abbasiyah dibawah serbuan Jengis Khan dan putranya Hulagu Khan dari Tartar pada tahun 656 H.
b.      Pendirian Bani Abbas dan Kemajuannya
Babak ketiga dalam drama besar politik Islam dibuka oleh Abu Al-Abbas (750-754 H) yang berperan sebagai pelopor. Irak menjadi panggung drama besar tersebut. Khalifah Abbasiyah pertama tersebut menyebut dirinya As-Saffh (penumpah darah). Orang Abbasiyah mengklaim dirinya sebagai pengusung konsep sejati kekhalifahan, yaitu gagasan Negara teokrasi, yang menggantikan pemerintahan sekuler, Dinasti Umayah.
Masa kejayaan Abbasiyah terletak pada khalifah setelah As-Saffh. Penulis Philip K. Hitty mengatakan bahwa masa keemasan Abbasiyah terletak pada 10 khalifah, kesepuluh khalifah tersebut adalah As-Saffh (750), Al-Mansur (754), Al-Mahdi (775), Al-Hadi (785), Ar-Rasyid (786), Al-Amin (809), Al-Ma’mun (813), Al-Mu’tashim (833), Al-Watsiq (842), dan Al-Mutawakkil (847).
Masa ini adalah masa kejayaan umat Islamsebagai pusat dunia dalam berbagai aspek peradaban. Kemajuan itu hampir mencakup semua aspek kehidupan yaitu :
1.       Administratif pemerintahan dengan biro-bironya
2.       Sitem organisasi militer
3.       Administrasi wilayah pemerintahan
4.       Pertanian, perdagangan dan industri
5.       Kajian dalam bidang kedokteran, astronomi, matematika, geografi, historiografi, filsafat Islam, teologi, hokum (fiqh) dan etika Islam, sastra, seni, dan penerjemahan
6.       Pendidikan, kesenian, arsitektur, meliputi pendidikan mendasar (kuttab), menengah, dan perguruan tinggi, perpustakaan, dan toko buku, media tulis, seni rupa, seni musik dan arsitek.
c.       Kemunduran Dinasti Abbasiyah
Faktor-faktor penyebab kemunduran
Faktor intern
1.       Kemewahan hidup di kalangan penguasa
2.       Perebutan kekuasaan antara keluarga Bani Abbasiyah
3.       Konflik keagamaan
Faktor ekstern
1.       Banyaknya pemberontakan
2.       Dominasi bangsa Turki
3.       Dominasi bangsa Persia
BAB IX
Dinasti-Dinasti Kecil di Bagian Timur Baghdad
a.       Faktor Timbulnya Dinasti-dinasti Kecil di Timur Baghdad
Faktor-faktor yang mendorong berdirinya dinasti-dinasti kecil ini, yaitu adanya persaingan jabatan khalifah diantara keluarga raja dan munculnya sikap ashabiyah antara keturunan Arab dan non-Arab, tepatnya persaingan Arab dan Persia. Dinasti-dinasti tersebut adalah Dinasti Thahiri (200-259 H/820-872 M.), Dinasti Saffariah (867-903 M.), dan Dinasti Samaniyah (875-1004 M.).
b.      Kondisi Sosial, Politik, dan Ekonomi Dinasti-Dinasti Kecil di Baghdad Bagian Timur
Sebagian besar dinasti kecil yang tumbuh di Tmur adalah keturunan Parsi. Meskipun secara politik tidak menimbulkan kesulitan bagi pemerintahan pusat di Baghdad, dari segi budaya dan corak perkembangan yang baru, yaitu kebangkitan kembali nasionalisme dan kejayaan bangsa Iran lama.
                Dilihat dari perkembangan social ekonomi, munculnya dinasti-dinasti tersebut memunculkan kota-kota pusat kegiatan ekonomi, seperti Samarkand atau Bukhara yang menjadi kota perdagangan utama. Dua kota tersebut menghubungkan rute perdagangan ke Cina atau ke Eropa.
Tiga sinasti yang ada di bagian timur Baghdad, seperti Thohiriyah, Samani, pada awalnya didirikan atas restu Baghdad sebagai pusat kekuasaan umat Islam pada saat itu. Restu dalam arti untuk memimpin sebuah wilayah kegubernuran. Akan tetapi, setelah mendapat kepercayaan Baghdad, mereka membelot dan ingin mendirikan negeri yang independen, berpisah dari Baghdad.
                Faktor yang mendorong timbulnya dinasti baru, disamping karena syu’ubiyah qabilah, juga adanya persaingan jabatan khalifah Baghdad pada waktu itu. Faktor lainnya karena lemahnya kontrol dari pemerintah Baghdad terhadap wilayah kekuasaannya.
                Dinasti-dinasti kecil ini sebenarnya tidak melepaskan diri secara totaldari Baghdad. Bahkan bekerja sama berjalan dengan baik. Jadi, mereka bukan oposisi Baghdad, tapi tampak sebagai mitra Baghdad.
BAB X
Dinasti-dinasti Kecil di Barat Baghdad
a.       Dinasti Idrisiyah (789-926 M.)
Dinasti ini didirikan oleh salah seorang penganut syi’ah, yaitu Idris bin Abdullah pada tahun 172 H./789 M. dinasti ini merupakan dinasti syi’ah pertama yang tercatat dalam sejarah berusaha memasukkan Syi’ah ke daerah Maroko dalam bentuk yang sangat halus.
b.      Dinasti Aghlabiyah (800-909 M.)
Dinasti ini didirikan di Aljazariyah dan Sisilia oleh Ibrahim bin Aghlab, seorang yang dikenal mahir di bidang administrasi. Dengan keahlian itu ia bisa menjalankan roda pemerintahannya dengan baik.
Dinasti Aghlabiyah merupakan tonggak terpenting dalam sejarah konflik berkepanjangan antara Asia dan Eropa. Kontribusi terpenting dalam ekspedisi tersebut adalah menyebarnya peradaban Islam hingga ke Eropa. Bahkan Renaisans di Italia terjadi karena tranmisi ilmu pengetahuan melalui pulau Sisilia.
Dinasti ini juga terkenal dengan dengan prestasinya di bidang arsitektur, terutama dalam pembangunan masjid. Pada masa Ziyadatullah yang kemudian disempurnakan oleh Ibrahim II, berdiri dengan megahnya, yaitu masjid Qairawan.
c.       Dinasti Thuluniyah (868-901)
Dinasti ini merupakan dinasti yang kecil pertama di Mesir pada pemerintahan Abbasiyah, yang memperoleh hak otonom dari Baghdad. Dinasti ini didirikan oleh Ahmad Ibn Thulun, yaitu seorang budak dari Asia Tengah. Beliau dikenal sebagai sosok yang dikenal kegagahan dan keberaniannya, dia juga seorang dermawan, haffidz, ahli di bidang syair, sastra, dan militer. 
Prestasi yang dicapai oleh dinasti ini adalah mampu mengukir dan memperkaya peradaban Islam yaitu dalam bidang seni arsitektur, telah berdirinya  masjid Ahmad ibn Thulun yang megah, pembangunan rumah sakit sampai 60.000 dinar, dan bangunan Istana Al-Khumarwaihi dengan balairung emasnya.
d.      Dinasti Ikhsidiyah (935-969           M.)
Dinasti ini didirikan oleh Muhammad Ibn Tughi yang diberi gelar Al-Ikhsyid (pangeran) pada tahun 935 M. dinasti Ikhdisiyah mempunyai peranan yang sangat strategis dalam menyokong dan memperkuat wilayah Mesir.
Pada masa Dinasti Ikhsidiyah ini juga terjadi peningkatan dalam dunia keilmuwan dan gairah intelektual, sepertio mengadakan diskusi-diskusi keagamaan yang dipusatkan di masjid-masjid dan rumah para menteri dan Ulama.  
e.      Dinasti Hamdaniyah (972-1152 M.)
Dinasti ini didirikan oleh Hamdan Ibn Hamdun, seorang Amir dari suku Taghlib. Putranya Al-Husain adalah panglima pemerintahan Abbasiyah dan Abu Al-Hajja Abdullah diangkat menjadi gubernur Maosul oleh khalifah Al-Muktafi pada tahun 905 M.      
Pada masa dinasti ini terkenal sebagai pelindung kesusastraan Arab dan ilmu pengetahuan. Pada ma situ pula, muncul tokoh-tokoh cendekiawan besar, seperti Abi Al-Fath dan Usman Ibn Jinny yang menggeluti di bidang Ilmu Nahwu, Abu Thayyib Al-Mutannabi, Abu Firas Husain Ibn Nashr Ad-Daulah, Abu A’la Al-Ma’ari, dan Syaif Ad-Daulah sendiri yang mendalami Ilmu Sastra, serta lahir pula filosof besar, yaitu Al-Farabi.
BAB XI
Perang Salib dan Akibatnya
a.       Sebab Terjadinya
Perang salib (1096-1291) terjadi sebagai reaksi dunia Kristen di Eropa terhadap dunia Islam di Asia, yang sejak 632 M., dianggap sebagai pihak “penyerang”, bukan saja di Siria dan Asia Kecil, tetapi juga di Spanyol dan Sisilia. Disebut perang salib, karena ekspedisi militer Kristen mempergunakan salib sebagai simbol pemersatu untuk menunjukkan bahwa peperangan yang mereka lakukan adalah perang suci dan bertujuan untuk membebaskan kota suci Baitulmakdis              (Yerussalem) dari tangan orang-orang Islam.
Penyebab langsung terjadinya Perang Salib adalah permintaan Kaisar Alexius Connenus pada tahun 1095 kepada Paus Urbanus II. Kaisar dari Bizantium meminta bantuan dari Romawi karena daerah-daerah yang tersebar sampai ke pesisir laut Marmora “dibinasakan” oleh Bani Saljuk. Bahkan, kota Konstantinopel diancamnya pula. Adanya permintaan ini, Paus melihat kemungkinan untuk mempersatukan kembali (gereja Yunani dengan Romawi yang telah terpecah tahun 1095-1054).
Penyebab lain perang salib adalah faktor sosial ekonomi. Para pedagang besar yang berada di pantai Timur Laut Tengah, terutama yang berada di kota Venezia, Ganoa, dan Pisa berambisi untuk menguasai sejumlah kota dagang di sepanjang pantai Timur dan Selatan Laut Tengah untuk memperluas jaringan perdagangan mereka. Perang Salib bagi bagi orang-orang Kristen juerupakan jaminan untuk masuk Surga sebab mati dalam Perang Salib, menururt mereka, adalah mati sebagai pahlawan agama dan langsung masuk surga walaupun mempunyai dosa-dosa pada masa lalunya.

b.      Periodesasi Perang Salib
Philip K. Hitty menyederhanakan periodesasi perang salib dalam 3 periode, yaitu :
1.       Masa penaklukan (1009-1144)
2.       Masa timbulnya reaksi umat I     slam (1144-1192)
3.       Masa perang saudara kecil-kecilan yang beakhir sampai 1291 M.
c.       Akibat Perang Salib
Perang Salib  menimbulkan beberapa akibat penting dalam sejarah dunia. Perang Salib membawa Eropa ke dalam kontak langsung dengan dunia muslim dan terjalinnya hubungan antara timur dan barat. Kontak ini menimbulkan saling tukar pikiran antara kedua belah pihak. Melahirkan suatu bagian penting dalam menumbuhkan renaisans di Eropa.
Keuntungan perang salib bagi Eropa adalah menambah lapangan perdagangan, mempelajari kesenian, dan penemuan penting, seperti kompas pelaut, kincir angin, dan sebagainya dari orang Islam. Mereka juga dapat mengetahui cara bertani yang maju dan mempelajari kehidupan industri timur yang lebih berkembang.
Kegiatan perdagangan tersebut lebih mengarah pada perkembangan kegiatan Maritim di Laut Tengah. Orang-orang Islam yang pernah menguasai Laut Tengah kehilangan kekuasaan, sementara orang Eropa bebas menggunakan jalan Laut melalui Laut Tengah tersebut.
BAB XII
Invasi Mongol dan Akibatnya
a.       Invasi Mongol Sampai Baghdad Jatuh
Invasi Mongol terjadi pada masa pemerintahan Iltutmish pada tahun 1221 M. orang-orang Mongol muncul untuk pertama kalinya di tepi sungai Indus dibawah pimpinan mereka, Jengis Khan. Jengis Khan menjadikan orang-orang Mongol sebagai kekuatan politik dan militer yang terbesar di Asia. Dia menundukkan negeri-negeri Asia Tengah dan Asia Barat dengan cepat.
Kisah jatuhnya Ibukota Abbasiyah pada tahun 1258, yang didirikan oleh khalifah kedua, Al-Mansur terjadi setelah blokade kota “seribu satu malam”, dinding-dinding Baghdad yang kuat diserang oleh Hulako Khan pada Januari 1258. Orang-orang Mongol tidak mau menerima syarat-syarat yang diajukan oleh pihak Abbasiyah untuk menerima penyerahan kota. Pasukan Mongol menyerang kota pada tanggal 10 Februari 1258. Khalifah beserta 300 pejabat tinggi Negara menyerah tanpa syarat. Sepuluh hari kemudian, mereka dibunuh, termasuk sebagian keluarga khalifah dan penduduk yang tidak berdosa. Akibat pembunuhan dan kerusakan kota itu, timbullah wabah penyakit pes lantaran mayat-mayat yang bergelimpangan belum sempat dikebumikan.
b.      Akibat Serangan Mongol Terhadap Islam
Ada dua dampak positif dan negatif. Dampak negatifnya tentunya lebih banyak bila dibandingkan dampak positifnya. Kehancuran jelas dimana-mana akibat serangan Mongol sejak wilayah Timur hingga ke Barat. Kehancuran kota-kota dengan bangunan yang indah-indah  dan perpustakaan-perpustakaan yang mengoleksi banyak buku memperburuk situasi umat Islam.
Yang lebih fatal lagi, ialah hancurnya Baghdad sebagai pusat Dinasti Abbasiyah yang didalamnya terdapat berbagai tempat belajar dengan fasilitas perpustakaan, hilang lenyap dibakar oleh Hulagu. Suatu kerugian besar bagi khazanah ilmu pengetahuan yang dampaknya masih dirasakan hingga kini.   
Sedangkan dampak positifnya adalah para pemimpin Dinasti Mongol masuk Islam. Disebabkan karena berasimilasi dan bergaul dengan masyarakat muslim dalam jangka waktu yang panjang, seperti yang dilakukan oleh Gazan Khan yang menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaannya.




BAB XIII
Islam di Asia Tenggara
a.       Islam di Indonesia
Pada tahun 173 H., sebuah kapal layer dengan pemimpin “Makhada Khalifah” dari Teluk Kambay Gujarat berlabuh di Bandar Perlak dengan membawa kira-kira 100 orang anggota dakwah yang terdiri atas orang Arab, Persia dan Hindia. Mereka menyamar sebagai awak kapal dagang, dan khalifah menyamar sebagai kaptennya. Mahkad Khalifah adalah seorang yang bijak dalam dakwahnya sehingga dalam waktu kurang dari sxetengah abad, Meurah (raja) dan seluruh rakyaj kemeurahan Perlak yang beragama Hindu-Budha dengan sukarela masuk agama Islam. Kerajaan pertama Islam berdiri pada awal abad ke 3 H./ 9 M. berlokasi di Perlak.
Selanjutnya Islam masuk ke pulau Jawa diperkirakan pada abad ke 11 M., dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maemun di lereng Gresik yang berangkat pada tahun 475 H. data sejarah lainnya menyebutkan bahwa Islam masuk ke pulau Jawa pada abad ke 12/13 M., ke Maluku sekitar abad ke-14 M.
b.      Perkembangan Islam di Asia Tenggara
Islam yang disebar di kawasan Asia Tenggara telah lengkap dengan berbagai aliran kalam, fiqh, tasawuf dan tarekat yang dikembangkan oleh Ulama sebelumnya. Oleh karena itu terdapat dua kecenderungan umat Islam ketika itu. Pertama, golongan tradisional yang mengikatkan diri pada madzhab atau aliran tertentu, kedua, golongan modernis yang menganggap bahwa kemunduran Islam karena pelaksanaan ajaran yang sudah tidak murni lagi.
Pembaharuan yang terjadi di dunia Islam yang dipelopori oleh ulama modernis di berbagai Negara, yaitu Muhammad Ibn Al-wahab di Saudi Arabia, Jamaludin Al-Afgani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridho di Mesir, bedampak ke Indonesia bersamaan dengan kembalinya Haji Miskin (1802) setelah melakukan ibadah haji dari Mekah. Pembaharuan pemahaman agama Islam ditunjukkan untuk :
a.       Menyucikan Islam dari pengaruh bid’ah
b.      Pendidikan yang lebih tinggi bagi umat Islam
c.       Pembaharuan rumusan ajaran Islam terhadap pengaruh Barat dan Kristen.
BAB XIV
Kekuasaan Islam Periode Tengah
a.       Kerajaan Mamluk Mesir (648 H./1250 M.-922 H./ 1517 M.)
Kerajaan Mamluk dibagi menjadi dua periode berdasarkan daerah asalnya. Golongan pertama dinamakan Mamluk Bahri (648-792 H./1250-1389 M.), yakni yang berasal dari kawasan Rusia Selatan, Mongol dan Kurdi. Golongan kedua dinamakan Mamluk Burji (792-923 H./1389-1517 M.), yakni Mamluk yang berasal dari etnik Syracuse di wilayah Kaukasus. Golongan kedua inilah yang berhasil bertahan untuk berkuasa pada Dinasti Mamluk. 
b.      Peradaban Pada Dinasti Mamluk
Dalam bidang ekonomi, Dinasti Mamluk membuka hubungan dagang dengan Perancis dan Italia melalui perluasan jalur perdagangan yang diliris oleh dinasti Fatimiyah di Mesir sebelumnya. Dalam bidang ilmu pengetahuan, Mesir menjadi tempat pelarian ilmuwan-ilmuwan asal Baghdad dari serangan tentara Mongol.
Oleh karena itu, ilmu-ilmu banyak berkembang di Mesir, seperti sejarah, astronomi, matematika, dan ilmu agama.
c.       Kerajaan Ustmani
Nama kerajaan Turki Ustmani diambil dan dibangsakan kepada nenek moyang mereka yang pertama, Sultan Ustmani Ibnu Sauji Ibnu Orthogol Ibnu Sulaiman Syah Ibnu Kia Alp, kepala kabilah kab di Asia Tengah. Raja pertama Turki Ustmani adalah Ustman dengan gelar Padisya Alu Ustman.  Berbeda dengan kerajaan-kerajaan sebelumnya, kerajaan Turki Ustmani pada abad ke 17, banyak mengalami kemunduran. Pada abad ke 17 hingga ke 18, terdapat perubahan penting dalam sejarah Turki Ustmani. Berakhirnya ekspansi kerajaan Turki Ustmani, lembaga-lembaga pemerintahan seringkali kehilangan kemampuan militer dan administrasinya, dan kerajaan dalam posisi tertekan dengan regresi ekonomi, pemberontakan rakyat, dan kekalahan militer serta perseteruan pemerintahan pusat dengan elit lokal.
Walaupun di bidang politik dan ekonomin banyak kemubduran, namun pada abad ke 17, kerajaan Turki Ustmani masih mengalami kemajuan dalam bidang budaya dan seni. Di bidang  syair yang menonjol pada abad ke 17 adalah Nefi dan Syekh Al-Islam Zekeria Zade Yahyat Efend. Dan pada abad ini subur dengan karya populer yang berbentuk puisi dan cerita.
d.      Kerajaan Syafawi
Kerajaan Syafawi berdiri sejak tahun 1503-1722 M. kerajaan ini berngkat dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan. Tarekat ini diberi nama tarekat syafawiyah.  
Kondisi keagamaan pada masa kerajaan Syafawi tidak memaksakan rakyatnya agar Syi’ah menjadi agama Negara, tetapi ia menanamkan sikap toleransi. Stabilitas politik kerajaan Syafawi pada masa Abbas I ternyata telah memacu perkembangan perekonomian Syafawi, terlebih setelah kepulauan Hurmuz dikuasai dan pelabuhan Gumrun diubah menjadi Bandar Abbas. Disamping sector perdagangan, kerajaan Syafawi juga mengalami kemajuan di sector pertanian terutama di daerah bulan tsabit subur.   
Dalam sejarah Islam, bangsa Persia dikenal sebagai bangsa yang berperadaban tinggi dan berjasa dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila pada masa kerajaan Syafawi, khususnya ketika masa Abbas I, tradisi keilmuwan terus berkembang.
e.      Kerajaan Mughal (India)
Kerajaan Mughal berdiri seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan Syafawi. Jadi, diantara tiga kerajaan besar Islam tersebut, kerajaan inilah yang termuda. Kerajaan Mughal didirikan oleh Zahirudin Babur, salah satu dari cucu Timur Lenk. Kerajaan Mughal mulai berkuasa sejak tahun 1526 sampai tahun 1707. Kerajaan ini mempunyai sultan-sultan yang besar dan terkenal pada abad ke 17, yaitu Akbar (1556-1606), Jengahir (1605-1627) dengan permaisurinya Nurjannah, Syah Jehan (1628-1658), dan Aurangzeb (1659-1707).
Di masa Akbar kerajaan tidak dijalankan dengan kekerasan. Ia banyak menyatu dengan rakyat, bahkan rakyat dari berbagai agama tidak dpandangnya sebagai orang lain dan dirinyapun dibuatnya menjadi orang Hindustan sejati. Dalam urusan pemerintahan, dia menyusun pentadbiran secara teratur yang jarang taranya, sehingga Inggris satu setengah abad kemudian setelah menaklukkan India, tidak dapat memilih jalan lain, hanya meneruskan administrasi Sultan Akbar.
Didalam permasalahan agama, beliau sangat toleran dan bagi orang yang beragama Hindu dihormati oleh Akbar dan tidak dipaksa untuk memeluk agama Islam. Dengan demikian, Akbar adalah seorang Reforman kerajaan Mughal yang telah menata pemerintahan dengan sistem yang lebih baik disbanding kerajaan-kerajaan sebelumnya.
Bersamaan dengan majunya bidang ekonomi kerajaan Mughal pada abad ke 17, mengalami kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan budaya. Di bidang pengetahuan kebahasaan Akbar telah menjadikan tiga bahasa sebagai bahasa nasional, yaitu bahasa Arab sebagai bahasa agama, bahasa Turki sebagai bangsawan dan bahasa Persia sebagai bahasa Istana dan kesusastraan.
Sementara karya seni yang paling menonjol adalah karya sastra gubahan penyair Istana, baik yang berbahasa Persia maupun bahasa India. Karya seni yang dapat dinikmati sekarang merupakan karya seni yang terbesar yang dicapai kerajaan Mughal adalah karya-karya arsitektur yang indah dan mengagumkan.
Berdasarkan uraian diatas, maka ilmu pengetahuan, seni, dan budaya pada masa Kerajaan Mughal cukup pesat, khususnya pada masa Akbar dan Aurangzeb.