Hampir seluruh sistem pendidikan formal di Perancis
dilaksanakan secara tersentralisasi yang ketat dan dikontrol oleh Kementerian Pendidikan.
Di Prancis Pada tingkat Sekolah Dasar (SD) yang pendidikannya adalah gratis,
wajib dan tidak membedakan aliran keagamaan, terdapat dua jenis pendidikan
pararel; sekolah umum pemerintah dan sekolah-sekolah menengah kecil yang
disebut “lycees”.
Dari umur 6 sampai 11 tahun anak-anak memasuki
sekolah rendah. Pelajaran di tingkat ini sama bagi semua anak, baik laki-laki
maupun perempuan. Namun sebelum memasuki sekolah rendah itu, anak-anak memasuki
pendidikan pra-sekolah, yang disebut ”ecoles
maternelles” atau sekolah ibu, mulai umur 2 tahun. Pusat perhatian
pendidikan pra-sekolah ini, adalah perkembangan fisik, intelek dan moral anak.
Untuk mencapai tujuan tersebut kurikulumnya terdiri atas gerak badan,
bermain-main, bernyanyi, menggambar dan melukis serta membuat barang-barang
dengan tangan; dan diadakan latihan observasi terhadap benda-benda yang ada
disekitar lingkungan anak.[1] Pada
tahun terakhir anak-anak pra-sekolah mulai diperkenalkan dengan pelajaran
membaca, menulis dan berhitung.
Kurikulum pendidikan rendah terdiri atas: bahasa
Prancis, membaca dan menulis, berhitung, sejarah dan ilmu bumi, pelajaran budi
pekerti dan kewarganegaraan, dasar-dasar ilmu pasti dan alam, dasar-dasar
menggambar, pekerjaan tangan, bernyanyi dan gerak badan.[2]
Pendidikan menengah di Prancis, dimulai dengan
memasuki kelas percobaan (cycle
d’observation). Setelah anak menyelesaikan cycle d’observation yang lamanya 2 tahun ini, terbukalah 5 jenis
pendidikan bagi anak sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Jenis pertama adalah
Pendidikan Penutupan, yang lamanya 3 tahun dan tidak ada lanjutannya.
Kurikulumnya adalah merupakan lanjutan dari pendidikan umum sekolah dasar dan
ditambah dengan mata pelajaran praktis untuk kehidupan sehari-hari. Pendidikan
ini dimaksudkan bagi anak-anak yang bakatnya paling tipis dan yang kemampuan
intelektualnya paling rendah. Dengan berlakunya Undang-undang wajib belajar
sampai umur 16 tahun, maka pendidikan ini di akhiri dengan ujian dan ijazah
pendidikan wajib. Jenis kedua adalah Pendidikan Umum Pendek, yang disebut juga
dengan sekolah Menengah Umum, yang lamanya 3 tahun. Lulusan pendidikan umum
ini, dapat memasuki jabatan-jabatan yang tidak bersifat teknis dan bisa
memasuki Sekolah Normal (Guru). Jenis ketiga adalah Pendidikan Kejuruan Pendek,
yang diberikan dalam Sekolah Menengah Kejuruan, yang lamanya 4 tahun.
Pendidikan ini dimaksudkan bagi anak-anak yang berbakat teknis. Pendidikan ini
meliputi latihan teori dan praktek dalam suatu kejuruan dan juga diberikan
spesialisasi agak mendalam. Jenis keempat adalah Pendidikan Kejuruan Panjang,
yang diperuntukan bagi mereka yang berbakat teknis yang mempunyai kemampuan
intelektual tinggi. Pendidikan ini terdiri dari pendidikan agen teknik, selama
4 tahun dan pendidikan ahli selama 5 tahun. Jenis kelima adalah Pendidikan Umum
Panjang, yang menyiapkan anak atau lulusannya untuk memasuki pendidikan tinggi.
Lama pendidikannya adalah 7 tahun, termasuk masa penentuan jurusan (kelas
percobaan)
Pendidikan Tinggi (universitas), dibagi dalam 3
cycle, masing-masing 2 tahun lamanya dan diakhiri dengan ujian. Cycle pertama
mengenai ”science” terdiri dari 4 jurusan yang dapat dipilih mahasiswa. Jika
lulus ujian pada cycle science ini, mahasiswa mendapat ijazah D.U.E.S. dan
diberi kesempatan untuk melanjutkan ke institusi lain, atau akan terus belajar
pada universitas yang sama. Cycle kedua mengenai kesenian, mempunyai 5 jurusan,
untuk mahasiswa yang tidak ingin menjadi guru. Yang lulus ujian akhir cycle
kesenian ini mendapat ijazah D.U.E.L. Cycle ketiga, ditujukan untuk menghasilkan
para peneliti dengan gelar ”maitreise”.
Bagian science terdiri dari 12 jurusan. Selama cycle ini, mahasiswa bagian
science harus mendapatkan 4 ijazah (2 ijazah) setiap tahun, sedangkan bagian
kesenian 2 ijazah. Untuk mendapatkan gelar ”maitrase”
seorang mahasiswa harus membuat thesis; pada akhir tahun ketiga diberi ijazah ”licence”, yang menghendaki pengkhususan
dalam satu atau dua mata pelajaran di sekolah. Ijazah untuk menjadi guru Lycee
diperoleh setelah menamatkan IPES (Institut
de
Preparation Aux Enseignenments Du Second Degree), dan menempuh ujian negara yang
diadakan tiap tahun dan bersifat kompetitif dan selektif. Pada akhir cycle ketiga,
mahasiswa yang lulus ujian, mendapat gelar doktor.[3]
Preparation Aux Enseignenments Du Second Degree), dan menempuh ujian negara yang
diadakan tiap tahun dan bersifat kompetitif dan selektif. Pada akhir cycle ketiga,
mahasiswa yang lulus ujian, mendapat gelar doktor.[3]
Sekolah normal diadakan untuk pendidikan guru, yang
disebut ”Ecole Normale”. Sekolah
Normal ini dalam setiap wilayah (academie)
ada dua buah, satu untuk pria dan lainnya untuk wanita yang diterima adalah
anak-anak berumur antara 15-17 tahun dan lulus ujian masuk; mereka
sekurang-kurangnya harus sudah tamat kelas III sekolah menengah. Lama
belajarnya 4 tahun, 3 tahun pertama untuk melengkapi pendidikan calon guru
sampai tingkat baccalaureat dan pada
tahun keempat untuk pendidikan keguruan serta prakteknya. Sedangkan untuk
sekolah guru menengah (lycee) harus mendapatkan pendidikan di perguruan tinggi
dan IPES sebagaimana telah dikemukakan. Beberapa lulusan menengah yang terbaik
dalam ujian masuk, dapat diterima di Sekolah Normal Tinggi (Ecole Normale Superieur), yang merupakan
salah satu bentuk ”Grand Ecole” atau
sekolah tinggi bukan universitas. Oleh karena lulusan Grand Ecole ini terjamin kedudukannya setelah tamat, bebas uang
kuliah, akan tetapi justru diberi uang pemondokan dan uang saku, maka banyak
sekali yang ingin masuk, tetapi tempatnya sangat terbatas; karenanya ujian
masuk diperberat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar