Sabtu, 15 Juni 2013

KEAJAIBAN PLANET, BUKTI-BUKTI PENCIPTAAN DI BUMI


Keajaiban Planet
Bukti-bukti Penciptaan di Bumi

Angkasa luar, ruang hampa dan tak bertepi yang rahasianya belum bisa diungkap oleh ilmu pengetahuan. Terdiri atas galaksi, bintang, planet, komet, awan, debu, dan benda-benda angkasa lainnya yang bergerak dalam keselarasan sempurna. Salah satu galaksi yang didalamnya terdapat tata surya kita adalah Galaksi Bima Sakti. Berikut planet-planet yang menyusun Galaksi Bima Sakti yang dimulai dari planet yang terjauh dari matahari :
1.     Pluto
Merupakan planet terjauh dari matahari. Terdiri dari bebatuan dan udara yang amat dingin. Suhu permukaannya mencapai -238` C. Hal ini mengakibatkan atmosfir yang ada di planet Pluto sangatlah tipis dan berubah menjadi bongkahan es, satu bongkahan es yang mati.

2.     Neptunus
Tak ubahnya seperti Pluto, disebut sebagai planet beku. Suhu permukaan mencapai -218` C. Atmosfirnya terdiri dari kandungan gas hydrogen, helium, dan metana yang sangat beracun bagi kehidupan. Kandungan metana yang tinggi menyebabkan atmosfir biru. Planet ini merupakan dunia mematikan. Badai bertiup kencang mendekati 2000 km/jam, bergemuruh di seluruh permukaan planet.

3.     Uranus
Planet mati yang pada permukaannya terdapat batuan dan es. Butuh 84 tahun bumi bagi Uranus untuk mengelilingi matahari. Atmosfirnya terdiri dari hydrogen, helium, dan metana yang mematikan bagi kehidupan.

4.     Saturnus
Ini adalah planet terbesar kedua dalam system tata surya dan dikenal dengan system berbentuk cincin yang mengitarinya. Cincin ini terdiri dari gas, batuan, dan es. Saturnus merupakan planet yang seluruhnya terdiri dari gas, yaitu  75% hydrogen dan 25% helium, dan kerapatannya lebih rendah dari kerapatan air.

5.     Jupiter
Merupakan planet terbesar dalam tata surya, planet gas dengan ukuran 318 kali lebih besar dari planet bumi. Bentukan alam yang menarik di dalam atmosfirnya adalah apa yang disebut “bintik merah raksasa”, adalah badai yang luar biasa kuatnya, bisa untuk menelan dua planet bumi. Tidak ada daratan pada planet ini, suhu yang dingin, terjadi badai ratusan tahun, dan terdapat medan magnet yang mematikan makhluk hidup apapun. Planet yang mengerikan dan menakutkan.
IO yang merupakan bulan dari planet ini berfungsi sebagai generator listrik yang mampu membangkitkan tegangan 400ribu volt diantara dua kutubnya.

6.     Mars
Planet ini tidak cocok untuk kehidupan manusia sebab sebagian besar terdiri dari gas karbondioksida. Seluruh permukaannya dipenuhi oleh kawah, hasil dari tubrukan meteor yang terus menerus angin kencang yang bertiup di seluruh permukaannya, yang dapat menimbulkan badai pasir berbulan-bulan.
7.     Venus
Berbeda dari planet lainnya yang bersuhu dingin. Venus disebut sebagai pemanggang raksasa, suhu permukaannya mencapai 450` C yang cukup untuk melelehkan timah. Atmosfirnya berupa lapisan tebal karbondioksida. Di permukaan planet, tekanan atmosfer setara dengan 90 kali tekanan atmosfer bumi. Di atmosfernya terdapat berlapis-lapis asam sulfat sehingga venus sering diguyur hujan asam yang mematikan.

8.     Merkurius
Planet terdekat dengan matahari. Rotasinya amat lambat, menyebabkan perbedaan siang dan malam sangat lama, satu belahan planet menadi begitu panas merah membara dan belahan lain membeku. Perbedaan suhu antara siang dan malam mencapai 1000`C sehingga tidak mungkin ada kehidupan dalam linkungan seperti ini.
Delapan dari Sembilan planet penyusun galaksi bima sakti termasuk 53 bulan (satelit) tidak mampu untuk menopang kehidupan. Semuanya tak lebih dari plnet mati, bola beku atau gas yang membisu. Namun ada satu planet yang berbeda dengan yang lain yaitu bumi. Dengan atmosfer yang ramah. Kondisi permukan, suhu permukaan medan magnet, ketersediaan unsur-unsur, serta jarak yang tepat dari matahari, tampak seperti rancangan khusus yang di desain untuk menyokong berlangsungnya kehidupan. Bumi adalah lingkungan yang dengan sengaja telah dirancang sebagai tempat berlangsungnya kehidupan. Terdapat keseimbangan kehidupan paling selaras baik di udara, darat, dan laut.terdapat juaan makhluk hidup yang ada di bumi. Keadaan khusus yang dirancang paling sesuai bagi kehdupan. Jika ada perubahan terkecil terhadapnya dapat mengakibatkan bencana yang besar. Penciptaan bumi merupakan bukti keberadaan Allah dan kesempurnaan ciptaanNya. Hal ini disebutkan dalam QS Luqman : 10-11 yang artinya “Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu, dan memperkembanggiakkan padanya segala macam jenis binatang. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik. Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu kepadaKu apa yang telah diciptakan oleh sembahan-sembahanmuselain Allah. Sebenarnya orang-orang yang zalim itu berada di dalam kesesatan yang nyata”
Planet biru yang diciptakan secara sempurna ini memiliki berbagai sifat ajaib dengan segala keistimewaannya. Berikut berbagai sifat ajaib yang terdapat di balik proses penciptaan bumi :
a.      Suhu bumi
Suhu dan atmosfer adalah unsur penting pertama bagi kehidupan di bumi. Planet biru ini memiliki dua hal, baik suhu yang memungkinkan untuk hidup dan atmosfer yang dapat dihirup oleh makhluk hidup, khususnya bagi makhluk hidup yang kompleks seperti manusia. Dua faktor ini telah ada karena keberadaan hal lain yaitu jarak antara bumi dan matahari. Bumi tidak akan menjadi tempat kehidupan bila jaraknya ke matahari lebih dekat seperti planet Venus atau terlalu jauh seperti planet Jupiter. Adanya kehidupan juga dipengaruhi dengan suhu rata-rata di bumi. Ahli geologi Amerika, Frank Ress dan Raymond Siever menunjukkan keistimewaan suhu rata-rata di bumi. Mereka menyatakan “kehidupan seperti yang kita ketahui hanya mungkin terjadi pada selang suhu yang sangat sempit. Selang suhu ini mungkin hanya 1 atau 2% dari selang suhu antara nol mutlak dan suhu permukaan matahari”. Terjaganya selang suhu ini juga berkaitan dengan jumlah panas yang dipancarkan matahari.Pengurangan atau kenaikan pancaran panas dari matahari berakibat pada kelangsungan makhluk hidup.
Tidak hanya suhu rata-rata harus ideal, panas yang tersedia juga harus tersebar merata. Kondisi khusus yang memastikn hal ini terjadi yaitu :
·       Kemiringan sumbu rotasi bumi terhadap garis edarnya
·       Kecepatan bumi berputar pada sumbunya selama 24 jam yang menyebabkan perbedaan siang dan malam tidak terlalu lama
·       Keadaan di permukaan bumi (bentukan alam), di penuhi penghalang (pegunungan) yang menghambat gerakan udara yang begitu besar

b.     Massa bumi dan perisainya
Bumi dirancang agar tepat seukurannya sekarang ini. Ukuran bumi sudah pas, tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar. Selain massa bumi, susunan perut bumi juga dirancang khusus. Disebabkan bumi memiliki medan magnet kuat yang berperan penting dalam menjaga kelangsungan hidup seperti menentukan arah dengan kompas, digunakan burung saat migrasi untuk menentukan arah, membentuk perisai yang melindungi bumi dari benda-benda berbahaya di sekitarnya. Jika perisai ini tidak ada kehidupan akan musnah.
Allah berfirman dalam QS Al Anbiyaa : 32, yang artinya “Dan Kami menjadikan langit sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya”

c.      Susunan Atmosfer yang sempurna
Selama ini ada pemahaman yang salah oleh masyarakat luas lewat film fiksi yang menceritakan mudahnya para ilmuwan untuk menemukan atmosfer yang cocok untuk kehidupan. Padahal itu salah, tak ada atmosfer yang mampu menyokong kehidupan kecuali atmosfer di Bumi.  Bumi memang dirancang khusus untuk menopang kehidupan. Begitu pula dengan atmosfer yang ada di bumi. Telah diatur sedemikian rupa secara sempurna sehingga bisa digunakan bernapas bagi makhluk hidup. Sedikit keluar dari atmosfer tidak bisa hidup tanpa baju khusus. Atmosfer bumi tersusun atas 78% Nitrogen, 21% Oksigen, dan sisanya karbondioksida. Oksigen sangat berperan penting bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Oksigen terlibat dalam berbagai reaksi kimia. Dan kadar oksigen yang ada di bumi (sebesar 21%) ditetapkan dengan sangat tepat oleh Sang Maha Pencipta, Allah SWT.
Kadar oksigen di atmosfer ini bertahan pada nilai yang tepat adalah berkat system “daur ulang” yang luar biasa. Di bumi terdapat kerjasama yang ditunjukkan antara tumbuhan dan hewan dalam hal pengambilan gas oksigen dan karbondioksida. Adanya keseimbangan yang terjadi antara keduanya. Tumbuhan bernapas menghirup gas karbondioksida dan melepaskan oksigen ke alam. Sedangkan hewan menghirup gas oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Sungguh suatu bentuk kesempurnaan dan kebenaran penciptaanNya. Bila antara keduanya sama-sama menghirup oksigen tentu lama-lama kehidupan akan musnah karena oksigen telah habis.
Aspek lain dari atmosfer adalah kerapatannya, yang telah disesuaikan dengan tepat sekali bagi kita untuk bernafas. “Allah menciptakan langit dan bumi dengan hak. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang mukmin.”(QS Al-Ankabut:44)
d.     Pernafasan yang sempurna
Penafasan adalah proses yang rumit. System tubuh dirancang sedemikian sempurna sehingga kita tak perlu memikirkan pernafasan. Penyebab begiu pentingnya pernafasan adalah karena berjuta-juta reaksi yang harus tetap berlangsung dalam tubuh untuk menjaga kelangsunganhidup kita, semuanya memerlukan oksigen. Oksigen membanjiri sekitar 300juta ruang kecil yang ada dalam paru-paru. Pembuluh kapiler yang melekat pada ruang ini menyerap oksigen dalam sekejap dan melepaskan karbondioksida. Proses ini memerlukan waktu tak lebih dari setengah detik. Oksigen bersih masuk dan karbondioksida kotor keluar.
Ruang kecil dalam paru-paru (sekitar 300juta) berfungsi untuk memaksimalkan luas permukaan yang bersentuhan dengan udara. Ruang kecil ini dan juga pembuluh kapiler yang melekat padanya dirancang untuk meningkatkan laju pertukaran oksigen dan karbondioksida. Tetapi rancangan ini bergantung padafaktor lain yaitu kerapatan, kekentalan, dan tekanan udara yang tepat agar bisa keluar masuk dalam paru-paru. Hal ini berkaitan dengan sifat dan nilai aritmatika atmosfer. Nilai numeric dari atmosfer bukan hanya kita perlukan untuk bernapas, tetapi juga untuk menjaga agar planet biru ini tetap biru.
Seluruh keseimbangan yang diatur dengan tepat ini menunjukkan kebesaran Sang Pencipta. Macam keseimbangan yang memungkinkan kehidupan :
§  Gravitasi di permukaan bumi
§  Ketebalan kerak bumi
§  Masa perputaran pada sumbu bumi
§  Kandungan ozon di Atmosfer
§  Aktifitas gempa

PEMIKIRAN AL-GHAZALI TENTANG PENDIDIKAN



               Sistem pendidikan al-ghazali sangat dipengaruhi luasnya ilmu pengetahuan yang dikuasainya, sehingga dijuluki filosof yang ahli tasawuf (Failasuf al-Mutasawwifin)[1] Dua corak ilmu yang telah terpadu dalam dirinya itu kemudian turut mempengaruhi formulasi komponen-komponen dalam system pendidikannya. Ciri khas system pendidikannya al-Ghazali sebenarnya terletak pada pengajaran moral religious dengan tanpa mengabaikan urusan dunia [2]
1.      Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan menurut al-Ghazali harus mengarah kepada realisasi tujuan keagamaan dan akhlak, dengan titik penekanannya pada perolehan keutamaan dan taqorrub kepada Allah dan bukan untuk mencari kedudukan yang tinggi atau mendapatkan kemegahan dunia. Sebab jika tujuan pendidikan diarahkan selain untuk mendekaykan diri kepada Allah, akan menyebabkan kesesatan dan kemudharatan. Al-Ghazali  berkata : “hasil dari ilmu sesungguhnya ialah mendekatkan diri kepada Allah, dan menghubungkan diri dengan para malaikat yang tinggi dan bergaul dengan alam arwah, itu semua adalah keberasan, pengaruh penerintahan bagi raja-raja dan penghormatan secara naluri”[3] Menurut al-Ghazali, pendekatan diri kepada Allah merupakan tujuan pendidikan. Orang dapat mendekatkan diri kepada Allah hanya setelah memperoleh ilmu pengetahuan. Ilmi pengetahuan itu tidak akan diperoleh kecuali melalui pengajaran. Selanjutnya, dari kata-kata tersebut dapat difahami bahwa menuru al-Ghazali tujuan pendidikan dapat dibagi menjadi 2 yaitu tujuan jangka panjang dan pendek.
a.       Tujuan pendidikan jangka panjang
Adalah mendekatkan diri kepada Allah, pendidikan dalam prosesnya harus mengarahkan manusia menuju pengenalan dan kemudia pendekatan diri kepada Allah. Menurut konsep ini, dapat dinyatakan bahwa semakin lama seseorang duduk dibangku pendidikan, semakin bertambah ilmu pengetahuannya, maka semakin mendekat kepada Allah.
        Tentu saja untuk mewujudkan hal itu bukanlah system pendidikan yang memisahkan ilmu-ilmu keduniaan dari nilai-nilai kebenaran dan sikap religius , tetapi system pendidikan yang memadukan keduanya secara integral. System inilah yang mampu membentuk manusia yang mampu melaksanakan tugas-tugas kekhalifahan dan system pemdidikan al-Ghazali mengarah kesana.
b.      Tujuan pendidikan jangka pendek
Adalah diraihnya profesi manusia sesui dengan bakat dan kemampuan nny. Syarat untuk mencapai tujuan itu manusia, mengembangkan ilmu pengetahuan baik yang fardu ‘ain dan fardu kifayah[4]

Kesimpulan tujuan pendidikan menurut al-Ghazali :
a.      Mendekatkan diri kepada Allah, yang wujudnya adalah kemampuan dan denfgan kesadaran diri melaksanakan ibadah wajib dan sunnah
b.      Menggali dan mengambangkan potensi atau fitrah manusia
c.      Mewujudkan profesionalisasi manusia untuk mengemban tugas keduniaan dengan sebaik-baiknya
d.      Membentuk manusia yang berakhlak mulia, suci jiwanya dari kerendahan budi dan sifat-sifat tercela
e.      Mengembangkan sifat-sifat manusia yang utama sehingga menjadi manusia yang manisiawi
2.      Kurikulum Pendidikan
Pandangan al-Ghazali terhadap kurikulum dapat dilihat dari pandangan mengenai tentang ilmu pengetahuan. Kurikulum pendidikan yang disusun al-ghazali sesuai pandanganya mengenai tujuan pendidikan yakni mendekatkan diri kkepada Allah yang merupakan tolak ukur manusia. Untuk menuju kesana diperlukan ilmu pengetahuan
Mengurai kurikulum pendidikan menurut al-ghazali, ada dua hal yang menarik bagi kita. Pertama, pengklasifikasian terhadap ilmu pengetahuan yang sangat terperinci yang segala aspek yang terkait denganya. Kediua, pemikiran tentang manusia dengan segala potensi yang dibawanya sejak lahi. Semua manusia esensinya sama. Ia sudah kenal betul dengan pencipta sehingga selalu mendekat padanya dan itu tidak akan berubah.[5]
Al-ghazali mengklasifikasikan manusia adalah pribadi yang satu yang tidak dapat disamakan dengan pribadi yang lain. Tingkat pemahaman, daya tangkap, dan daya ingatnya terhadap ilmu pengetahuan, kemampuan menjalankan tugas hidupnya berbeda antara orang yang satu dengan yang lain. Oleh karena itu dalam kaitanya dengan kurikulum al-ghazali mendasarkan pemikiranya bahwa kurikulum pendidikan harus disusun dan selanjutnya disampaikan kepada murid sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan psikisnya.
Selanjutnya al-ghazali membagi ilmu pengetahuan dari beberapa sudut pandang, yaitu :
a.      Berdasarkan pembidangan ilmu
Dibagi menjadi dua bidang, yaitu imu syari’ah sebagai ilmu terpuji terdiri atas : iilmu ushul, ilmu furu’, ilmu pengantar.muqoddimah, dan ilmu pelengkap. Yang kedua yaitu ilmu bukan syari’ah terdiri dari ilmu kedokteran, ilmu hitung, perttanian, pembangunan, tata pemerintahan, industry, kebudayaan, sastra, ilm,u tenun dan pengolahyan pangan
b.      Berdasarkan objek
Ilmu dibagi atas tiga kelompok, yaitu :
1.      Ilmu pengetahuan yang tercela secara mutlak baik sedikit ,maupun banya. Seperti, sihir, azimat, dan ilmu tentang ramalan nasib
2.      Ilmu pengetahuan yang terpuji. Seperti ilmu agama, dan ilmu tentang beribadat.
3.      Ilmu pengethuan yang dalam kadar tertentu terpuji tapi jika mendalmin ya tercela. Seperti dari filsafat naturalism. Menurut al-ghazali ilmu tersebut juka diperdalam akan menimbulkan kekacauan fikirann dan keraguan, sehingga mendorong manusia kepada kufur dan ingkar.[6]
c.      Berdasarkan status hukum mempelajarinya yang terkait dengan nilau guna.
Dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
1.      fardu ain, yang wajib dipelajari setiap individu misalkan illmu agama dan cabang-cabangnya
2.      fardu kifayah, yaitu ilmu yang tidak diwajibjklan pada setiap muslim tetapi harus ada diantra orang muslim yang mempelajarinya. Misalkan ilmu kedokteran, ilmu hitung, pertanian, politik, dan pengobatan tradisional.
3.      Pendidik
Dalam hal ini al-ghozali berkata : “ makhluk yang paling mulia di muka bumi adalah manusia. Sedangkan yang paling mulia penampilanya ialah kalbunya. Guru atau pengajar se;a;u menyempurnakan, mengagungkan dan mensucikan kalbu itu serta menuntutnya untuk dekat kepada Allah”.[7]
                Dia juga berkata ;  “ seseorang yang berilmu dan kemuudian bekerja dengan ilmunya itu, dialah yang dinamakn oranbg besar dibawah kolong langit ini. Ia bagai matahari yang mencahayai orang lain, sedangkan ia sendiri pun bercahaya. Ibarat minyak kasturi yang baunya dinikmati orang lain, ia sendiri pun harum,. “[8]

Menurut al-ghozali pendidik.guru memiliki sifat-sifat, yaitu[9] :
1.      Bertanggug jawab
2.      Sabar
3.      Duduk tenang penuh wibawa
4.      Tidak sombong terhadap semua orang, kecuali terhadap orang yang dolim dengan tuyjuan untuk menghentikan kiedolimanya.
5.      Mengutamakn bersikap tawadhu’ di majlis-majlis pertemuan
6.      Tidak suka bergurau dan bercanda
7.      Ramah terhadap para pelajar
8.      Teliti dan setia mengawasi anak yang nakal
9.      Setia membimbing anak yang bebal
10.   Tidak gampang marah kepada anak yang bebal dan  lambat pemikiranya
11.   Tidak malu berkata : saya tidak tau ketika ditanya persoalan yang belum ditekuninya.
12.   Memperhatikan murid yang bertanya dan berusaha menjawabnya dengan baik.
13.   Manerima alas an yang diajukan kepadanya
14.   Tunduk kepada kebenaran
15.   Melarang murid yang mempelajari ilmu yang membahayakan.
16.   Memperingatkan murid mempelajari ilmu agama tetapi untuk kepentingan selain Allahg
17.   Memperingatkan murid agar tidak sibuk mempelajari ilmu fardu kifayah sebelum selesai dengan mempelajari ilmu fardu ain
18.   Memperbaiki ketaqwaaanya kepada Allah
19.   Mempraktekkan makna  taqwa dalam kehidupan sehari-harinya ssebelum memerintahkan kepada murid agar murid mengikuti perbuatanya dan agar murid mrngambil manfaat ucapan-ucapanya.

4.      Peserta didik
Al-ghazali berkata : “ Seorang pelajar hendaknya tidak menyobongkan diri dengan ilmunya dan jangan menentang gurunya. Tetapi menyerah sepenuhnya kepada guru dengan keyakinan kepada segala nasihatnya sebagaimana seoorang sakit yang bodoh yakin kepada dokter yang ahli dan berpengalaman. Seharusnya seorang pelajar itu tunduk kepada gurunya, mengaharap pahala dan kemuliaan dengan tunduk kepadanya.”[10]
Sedangkan peserta didik menurut al-ghozali dalam bidayatul hidayah adalah sebagai berikut [11]:
1.      Hendaknya member ucapan salam kepada guru terlebih dahulu
2.      Tidak banyak bicara dihadapanya
3.      Tidak berbiicara selagi tidak ditnya gurunya
4.      Tidak bertanya sebelum memintya izin terlebih dahulu
5.      Tidak menentang ucapan guru dengan ucapan (pendapat) orang lain
6.      Tidak menampakkan penentanganya terhadap pendapatr gurunya, apalagi menganggap gurunya paling pandai dari gurunya
7.      Tidak boleh berisik kepada teman yang duduk disebelahnya ketika guru sedang berada dalam majlis itu
8.      Tidak menoleh-noleh ketika sedang berada di depan gurunya., tettapi harus menundukkan kepala dan tengang seperti dia sedang melakukan shalat
9.      Tidak banyak bertanya kepada guru, ketika dia dalam keadaan letih
10.   Hendaknya berdiri ketika gurunya berdiri dan tidak berbicara denganya ketika dia sudah berabjak dari tempat duduknya
11.   Tidak mengajukan pertanyaan kepadda guru ditengah perjalananya
12.   Tidak berprangkan buruk pada guru ketika ia melakukan perbuatan yang dhohitnya munkar, sebab dia lebih mengetrahui rahasis (perbuatanya)
5.      Media dan Metode
6.      Proses


[1] A. Hanafi, Pengantar Filsafat Islam (Jakarta; Bulan Bintang 1976) Hal 197
[2] Fatiah Hasan Sulaiman, Sistem Pendidikan versi al-Ghazali, Bandung; PT al-Ma’arif, 1986, hal 24
[3] Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, Juz 1 Masyhadul Husaini. Hal 13
[4] DRS. Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan . Yogyakarta; Pustaka Pelajar. 1998. Hal 59
[5] Ibid. hal. 90
[6] Jaluddin dan usman said, Filsafat pendidikan Islam, (Jakarta : rajawali pers, 1994). Hal. 142-143
[7]  Ibid. Al-ghazali,hal. 14
[8] Ibid.
[9]  Imam abu hamid Al-ghazali, Bidayatul hidayah, penerjemah HM. Fadil saad. (Al-hidayah:Surabaya) hal. 182
[10] Ibid Al-ghozali juz 1 hal. 49-50
[11] Ibid  hal 183-184

BIOGRAFI IBNU KHALDUN



Nama lengkapnya adalah Abdullah Abd Al Rahman Abu Zayd Ibn Muhammad Ibn Khaldun. Lahir di tunisia pada bulan Ramadhan 732 H / 1332 M, dari keluarga ilmuwan yang terhormat yang telah berhasil menghimpun antara jabatan ilmiah dan pemerintahan. Dengan latar keluarganya yang demikian ia memperoleh dua orientasi yang kuat :
Pertama, Cinta belajar dan ilmu pengetahuan
Kedua, cinta jabatan dan pangkat
Kedua faktor tersebut sangat menentukan dalam perkembangan pemikirannya.
            Ayahnya, Abu Abdullah Muhammad berkecimpung dalam dunia politik akan tetapi beliau mengundurkan diri kemudian menekuni ilmu pengetahuan dan kesufian.[1] Ia ahli dalam bahasa dan sastra Arab dan meninggal pada tahun 749 H/1384 M akibat wabah pes di Afrika Utara. Ketika ayahnya meninggal, Ibnu Khaldun baru berusia 18 tahun.
Pada tahun 1362 Ibnu Khaldun menyeberang ke Spanyol dan bekerja pada Raja Granada, ia menjadi utusan raja untuk berunding dengan Pedro (Raja Granada) dan Raja Castila di Sevilla. Akan tetapi, ia tidak tinggal di Granada dan selanjutnya ia kembali ke Afrika dan diangkat menjadi Perdana Mentri oleh Sultan Aljazair. Antara tahun 1362-1375 M terjadi pergolakan politik yang menyebabkan Ibnu Khaldun terpaksa mengembara ke Maroko dan Spanyol.
Pada tahun 1382 M ia melaksanakan haji kemudian berangkat ke Iskandariah dan selanjutnya ke Mesir. Di Mesir, ia diangkat menjadi ketua Mahkamah Agung pada masa Dinasti Mamluk.
Selain dikenal sebagai filosof, ia juga dikenal sebagai sosiolog yang mempunyai perhatian besar terhadap bidang pendidikan. Pada tahun 1406 M, ia meninggal dunia di Mesir dalam usia 74 tahun.
Pemikiran Ibnu Khaldun tentang Pendidikan Islam
a.      Tujuan Pendidikan
1.     Tujuan peningkatan pemikiran
Ia memandang bahwa salah satu tujuan pendidikan adalah memberikan kesempatan kepada akal untuk lebih giat dan melakukan aktivitas yang dapat dilakukan melalui proses menuntut ilmu dan ketrampilan sehingga dapat meningkatkan potensi akal. Melalui proses belajar manusia mencoba meneliti pengetrahuan dan informasi yang diperoleh oleh pendahulunya, mengumpulkan fakta, dan menginventarisasikan ketrampilan yang dikuasainya untuk memperoleh lebih banyak warisan pengetahuan yang semakinmeningkat sepanjang masa sebagai hasil dari aktivitas akal manusia.[2] Atas dasar pemikiran tersebut, maka tujuan pendidikan menurut Ibnu Khaldun adalah peningkatan kecerdasan manusia dan kemampuannya berfikir.
2.     Tujuan peningkatan kemasyarakatan
Dari segi peningkatan kemasyarakatan, ia berpendapat bahwa ilmu dan pengajaran adalah lumrah bagi peradaban manusia.[3] Ilmu dan pengajaran sangat diperlukan untuk meningkatkan taraf hidup manusia. Semakin dinamis budaya masyarakat, maka akan semakin mutu dan dinamis pula ketrampilan di masyarakat tersebut. Jadi, eksistensi pendidikan menurutnya merupakan satu sarana yang dapat membantu menuju kemajuan dan kecemerlangan serta mendorong terciptanya tatanan kehidupan masyarakat ke arah yang lebih baik.
3.     Tujuan pendidikan dari segi kerohanian
Tujuan pendidikan dari segi kerohanian adalah dengan meningkatkan kerohanian manusia dengan menjalankan praktik ibadah, zikir, khalwat (menyendiri) dan mengasingkan diri dari khalayak ramai sedapat mungkin untuk tujuan ibadah sebagaimana para sufi.

b.     Kurikulum Pendidikan dan Klasifikasi ilmu
Kurikulum dan sistem pendidikan yang tidak selaras dengan akal dan kejiwaan peserta didik akan menjadikan malas dan enggan belajar. Ibnu Khaldun membagi ilmu menjadi tiga macam[4] :
1.     Kelompok Ilmu Lisan (bahasa) : tentang tata bahasa / gramatika, sastra dan bahasa yang tersusun secara puitis (syair).
2.     Kelompok Ilmu Naqli : Ilmu yang diambil dari kitab suci dan sunnah Nabi.
Menurutnya, Al-Qur’an adalah ilmu yang pertama kali diajarkan pada anak, tentang syariat Islam yang dipegang teguh oleh para ahli agama dan dijunjung tinggi oleh setiap umat Islam.[5]
Ilmu Naqli hanya ditujukan untuk dipelajari pemeluk Islam. Walaupun dalam setiap agama-agama sebelumnya, ilmu-ilmu tersebut telah ada. Akan tetapi berbeda dengan yang terdapat dalam Islam.
3.     Kelompok Ilmu Aqli : Ilmu yang diperoleh manusia melalui kemampuan berfikir. Proses perolehan tersebut dilakukan melalui panca indera dan akal.
Ilmu Aqli dibagi dalam empat kelompok, yaitu :
a)     Ilmu Logika (Mantiq)
b)     Ilmu Fisika termasuk di dalamnya kedokteran dan pertanian
c)     Ilmu Metafisika (‘Ilm Al-Ilahiyat)
d)     Ilmu Matematika termasuk di dalamnya ilmu geografi, aritmatika, aljabar, dan astronomi
Ibnu Khaldun berupaya menyusun ilmu-ilmu tersebut berdasarkan urgensi dan faedahnya bagi peserta didik, yaitu :
1.     Ilmu syariah dengan semua jenisnya
2.     Ilmu filsafat (rasio) ; Ilmu alam (fisika) ; dan ilmu KeTuhanan (metafisika)
3.     Ilmu alat yang membantu ilmu agama, ilmu bahasa dan gramatika
4.     Ilmu alat yang membantu ilmu falsaffah (rasio), ilmu mantiq dan ushul fiqh.
Ibnu Khaldun membagi keempat ilmu tersebut menjadi dua golongan, yaitu ilmu pokok dan ilmu alat. Ilmu syariah dan ilmu filsafat berada pada satu klasifikasi. Ia menamakannya dengan ilmu pokok. Namun demikian, ia lebih mengutamakan ilmu syariat daripada ilmu filsafat karena merupakan asas dari ilmu-ilmu. Menurutnya, ilmu syariat datang dari Allah dengan perantaraan para Nabi dan manusia hendaknya menerima apa yang dibawa para Nabi serta mengikutinya untuk tercapainya kebahagiaan. Adapun golongan ketiga dan keempat, Ibnu Khaldun mengklasifikasikan ke dalam ilmu alat. Ia dengan tegas mengutamakan ilmu alat untuk mempelajari ilmu agama karena sangat penting untuk memahami teks-teks mulia, Al-Qur’an dan Al-Hadits, terutama ilmu bahasa Arab dengan berbagai jenisnya. Ia meletakkan ilmu Filsafat pada posisi terakhir. Ia menganjurkan peserta didik untuk mempelajari ilmu ala, ilmu-ilmu bhasa Arab dengan berbagai jenisnya dan ilmu rasio sekedar untuk memahami ilmu syariah yang merupakan ilmu pokok.[6]
c.       Metode mengajar
Menurutnya, mengajarkan pengetahuan pada peserta didik hanyalah akan bermanfaat apabila dilakukan berangsur-angsur, setapak demi setapak, sedikit demi sedikit.[7] Dalam hubungannya denga proses mengajarkan ilmu pada peserta didik, Ibnu Khladun mengnjurkan agar para pendidik mengajarkan ilmu pengetahuan kepada peserta didik dengan metode yang baik dan mengetahui faedah yang digunakannya. Pendidik tidak boleh mengajar peserta didik dengan kasar dan dengan makian. Bila hal tersebut dilakukan, maka akan menyebabkan anak menjadi pemalas, pembohong, tidak bisa mandiri, kasar, tidak berakhlak mulia, keras kepala, suka membantah dan lainn sebagainya.
Sejalan dengan metode diatas, Ibnu Khaldun menganjurkan agat pendidik bersikap sopan dan bijaksana terhadap peserta didiknya. Demikian pula dengan orangtua agar memilki sikap tersebut dalam menghadapi anaknya. Ini sangat penting dikarenakan orangtua merupakan pendidik yang pertama dan utama dalam upaya pembentukan kepribadian seorang anak.
Ia mengajurkan untuk mempergunakan jalan pengajaran konsentris untuk mata pelajaran tertentu dalam proses belajar mengajar. Lanhkah pertama yang harus ditempuh adalah peserta didik diberi pelajaran tentang soal-soal mengenai setiap cabang pembahsan yang dipelajarinya. Keterangan terhadapa materi pelajaran yang diberikan hendaknya bersifat umum, yaitu dengan memperharikan kekuatan pemikiran peserta didik dan kesanggupannya memahami apa yang diberikan kepadanya. Apabila dengan jalan tersebut seluruh pembahasan pokok telah dipahami, maka berarti peserta didik telah memperoleh keahlian dalam cabang ilmu pengetahuan tersebut. Jika pembahasan yang diberikan belum mampu tercapai secara maksimal, maka harus diulang kembali hingga dikuasai secara rinci, luas dan mendalam,
d.     Sifat-sifat pendidik
Seorang pendidik akan berhasil dalam tugaanya apabila memiliki sifat-sifat yang mendukung profesionalismenya. Adapun sifat-sifat tersebut adalah :[8]
a.      Pendidik hendaknya lemah lembut, senantiasa menjauhi sifat kasar, serta menjauhi hukuman yang merusak fisik, dan psikis peserta didik, terutama terhadap anak-anak yang masih kecil.
b.     Pendidik hendaknya menjadikan dirinya sebagai uswah alhasanah atau suri tauladan bagi pesetta didik.
c.      Pendidik hendaknya memperhatikan kondisi peserta didik dalam meberikan pengajarn, sehingga metode dan materi dapat disesuaika secara proporsional.
d.     Pendidik handaknya mengisi waktu luang dengan aktivitas yang berguna.
e.      Pendidik harus profesional dan memilki wawasan yang luas tentang peserta didik, terutama yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan jiwanya, serta kesiapan untuk menerima pelajaran.



[1] Abd. Al Rahman Ibn Khaldun, Muqadimah Ibnu Khaldun, Tahqiq Ali Abd Al/-Wahid Wafi. (Cairo : Dar Al-Nandhah, T.Th), jilid, I, hal. 10-11
[2] Ibid, hal. 1018-1019
[3] Ibid, hal. 1018
[4] Abuddin Nata, Filsafat pendidikan Islam, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2005)  hal. 225
[5] Ahmad Fuad Al-Ahwani, Al-Tarbiyah  fi al-Islam (Mesir : Dar al-Ma’rif. T.th). hal 218
[6] Rama Yulis dan Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam,telaah sistem pendidikan Islan dan pemikiran para tokohnya, (Jakarta : Kalam Mulia, 2009 ) hal. 284-287
[7] Abuddin Nata, hal 226
[8] Rama Yulis dan Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam,telaah sistem pendidikan Islan dan pemikiran para tokohnya, (Jakarta : Kalam Mulia, 2009 ) hal 288