Kamis, 13 Juni 2013

PERKEMBANGAN RASA AGAMA PADA ANAK


PERKEMBANGAN RASA AGAMA PADA ANAK
Pada usia anak perkembangan rasa agama dan implikasi pendidikan sangat penting karena ditujukan untuk  membentuk hati nurani pada diri seorang anak. Pada usia anak dibagi menjadi dua fase, meliputi:
a.     Fase Awal (0-6 tahun)
Pada fase awal (0-6 tahun)  anak dikenalkan dengan pewarnaan dasar rasa agama. Hal ini membutuhkan pertimbangan dasar, yang meliputi:
Ø  Kognisi
Indrawi, yakni pada usia 0-6 tahun anak cenderung menangkap hal-hal yang ada pada lingkungan sekitar secara langsung atau melalui perantara dengan alat indera mereka, misalnya indera pendengaran, penglihatan dan lain-lain. Hal-hal yang dimaksud disini berkaitan dengan ketuhanan. Bersifat Intuitif serta Fantasi (rasa kesenangan).
Ø  Rasa Bertuhan, yakni:
Fairy-tale Stage:
Pada fase ini anak dipengaruhi oleh daya fantasi dan emosinya daripada sifat rasional dalam memahami tentang Tuhan, sehingga anak mampu mengembangkan rasa kecintaan dan ketaatan serta ke-maha-an sifat-sifat Tuhan terutama dikaitkan dengan masalah yang dekat dengan kehidupan anak.
Ø  Karakter Rasa Agama, dibagi menjadi tiga aspek, yakni:
v Ideas Accepted on Authority
Semua pengetahuan yang dimiliki anak datang dari luar dirinya terutama dari orang tuanya.
Nilai-nilai agama yang diberikan oleh orang tuanya dengan sendirinya akan terekam dan
melekat pada anak sehingga orang tua mempunyai otoritas yang kuat untuk membentuk
religiusitas anak.
v Unreflective
Pengetahuan yang masuk pada usia awal dianggap sebagai sesuatu yang menyenangkan,
terutama yang dikemas dalam bentuk cerita. Oleh karena itu konsep tentang nilai-nilai
keagamaan dapat sebanyak mungkin diberikan pada usia anak dan sebaiknya disampaikan
dalam bentuk cerita. 
v Imitative
Dalam berperilaku sehari-hari anak menirukan apa yang terserap dari lingkungan. Peran dari
orang-orang terdekatnya, terutama orang tua dan anggota keluarga yang lain menjadi sangat
penting untuk memperkuat aktivitas anak dalam berperilaku keagamaan dalam lingkungan
beragama

b.     Fase Awal (6-12 tahun)
Pada fase awal (6-12 tahun) anak mulai dikuatkan rasa agamanya. Hal ini membutuhkan
pertimbangan dasar, meliputi:
Ø  Kognisi
Pada masa ini rasa keingintahuan anak sangat kuat sehingga anak cenderung banyak
bertanya mengenai hal-hal yang baru menurut mereka. Hal-hal yang ditanyakan biasanya
masih bersifat konkrit (berfikir secara sederhana) dan masih mambutuhkan pembinaan.
Kemudian cenderung dogmatis dan masa ini anak juga memiliki sifat realistik (mampu berfikir
tentang hal-hal yang real, nyata dan sesuai fakta) serta cenderung berfikir secara harfiah
(literal), yakni belum mampu mengembangkan apa makna dan tujuan dari suatu hal.
Ø  Rasa Bertuhan, yakni:
Realistic Stage (harfiah):
Pada fase ini anak mampu memahami konsep ketuhanan secara realistik dan konkrit
(hubungan sebab akibat), sehingga terbentuk  kecintaan dan keyakinan anak terhadap
Tuhan.
Ø  Karakter Rasa Agama, yakni:
v Egocentric
Mulai usia sekitar satu tahun pada anak terkembang kesadaran tentang keberadaan dirinya.
Mengenai masalah keagamaan, pemahaman religiusitas anak juga didasarkan pada
kepentingan dirinya.
v Anthropomorphic
Dalam hal ketuhanan maka anak mengkaitkan sifat-sifat Tuhan dengan sifat manusia.
Lingkungan anak yang pertama adalah manusia, oleh karena itu dalam pengenalan sifat-sifat
Tuhan sebaiknya ditekankan pada perbedaan sifat antara manusia dan Tuhan.
v Verbalized dan Retualistic
Anak sekedar meniru dan melakukan apa yang dilakukan dan diajarkan orang dewasa, oleh
karena itu pendidikan agama perlu menekankan pembiasaan perilaku dan pembentukan
minat untuk melakukan perilaku keagamaan.
v Spontaneous in Some Respect
Dalam berperilaku keagamaan muncul perhatian secara spontan terhadap masalah agama
yang bersifat abstrak, misalnya surga, neraka, tempat Tuhan berada atau lainnya.
v Wodering
Kejadian sehari-hari yang dianggap biasa oleh orang dewasa dapat menjadi sesuatu yang
menakjubkan hingga mengenal tentang Tuhan, misalnya keramaian lalu lintas, susunan kaleng
warna warni di toko, rasa takjub pada ciptaan Tuhan dan lainnya. Pada anak rasa takjub ini
dapat menimbulkan ketertarikan pada cerita keagamaan, misalnya mukjizat para Nabi, cerita
kehebatan para sahabat dan lainnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar