Selasa, 27 Desember 2011

PRAGMATISME MENURUT JOHN DEWEY


PRAGMATISME MENURUT JOHN DEWEY

A. PENDAHULUAN

               Pada abad ke-17 munculah dua aliran filsafat yang memberikan jawaban yang berbeda, bahkan saling bertentangan. Aliran filsafat tersebut adalah rasionalisme dan empirisme. Rasionalisme memandang bahwa sumber pengetahuan yang dapat dipercaya adalah rasio (akal), sedang empirisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah empiri, atau pengalaman manusia dengan menggunakan panca inderanya. Aliran empirisme itu sendiri pada abad ke-19 dan 20 berkembang lebih jauh menjadi beberapa aliran yaitu Positivisme, Materialisme, dan Pragmatisme.


B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian pragmatisme?
2. Bagaimana pragmatisme menurut John Dewey?
3. Apa sajakah kritik tehadap pragmatisme?

C. PEMBAHASAN

1. Pengertian Pragmatisme

             Pragmatisme berasal dari bahasa Yunani, dari kata ‘pragma’ , yang berarti perbuatan (action) atau tindakan (practice). Isme di sini berarti aliran atau ajaran atau paham. Dengan demikian Pragmatisme itu berarti ajaran yang menekan¬kan bahwa pemikiran itu menuruti tindakan.
                    Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar adalah apa yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis. Aliran ini bersedia menerima segala sesuatu, asal membawa akibat praktis. Dengan demikian, patokan pragmatisme adalah “manfaat bagi hidup praktis”. Pragmatisme berpandangan bahwa kriteria kebenaran sesuatu ialah, apakah sesuatu itu memiliki fungsi dan kegunaan bagi kehidupan manusia. Oleh sebab itu kebenaran sifatnya menjadi relatif tidak mutlak.
Pragmatisme dalam perkembangannya mengalami perbedaan kesimpulan walaupun berangkat dari gagasan asal yang sama. Kendati demikian, ada tiga patokan yang disetujui aliran pragmatisme yaitu :
(1) Menolak segala intelektualisme.
(2) Menolak absolutisme.
(3) Meremehkan logika formal.

B. Pragmatisme Menurut John Dewey

Filosof yang terkenal sebagai tokoh filasafat pragmatisme adalah William James,  Charles Pierce dan John Dewey. Akan tetapi makalah ini hanya mengulas mengenai pragmatisme menurut John Dewey.
                John Dewey (1859-1952 M). Sekalipun Dewey bekerja terlepas dari William James, namun menghasilkan pemikiran yang menampakkan persamaan dengan gagasan James. Sebagai pengikut filasafat pragmatisme, John Dewey menyatakan bahwa tugas filsafat adalah memberikan pengarahan bagi perbuatan nyata. Filsafat tidak boleh larut dalam pemikiran-pemikiran metafisis yang kurang praktis, tidak ada faedahnya. Oleh karena itu, filsafat harus berpijak pada pengalaman dan mengolahnya secara kritis.
Menurutnya, filsafat bertujuan untuk memperbaiki kehidupan manusia serta lingkungannya atau mengatur kehidupan manusia serta aktifitasnnya untuk memenuhi kebutuhan manusiawi.
Menurutnya, tidak ada sesuatu yang tetap. Manusia senantiasa bergerak dan berubah. Jika mengalami kesulitan, segera berfikir untuk mengatasi kesulitan itu. Oleh karena itu, berfikir merupakan alat (instrument) untuk bertindak. Kebenaran dari pengertian dapat ditinjau dari berhasil-tidaknya mempengaruhi kenyataan. Satu-satunya cara yang dapat dipercaya untuk mengatur pengalaman dan untuk mengetahui arti yang sebenarnya adalah metode induktif.
                John Dewey lebih suka menyebut sistemnya dengan istilah instrumentalisme. Pengalaman adalah salah satu kunci dalam filsafat instrumentalisme. Oleh karena itu filsafat harus berpijak pada pengalaman dan mengolahnya secara aktif-kritis. Dengan demikian, filsafat akan dapat menyusun sistem norma-norma dan nilai-nilai.
                Instrumentalisme ialah suatu usaha untuk menyusun suatu teori yang logis dan tepat dari konsep-konsep, pertimbangan-pertimbangan, penyimpulan-penyimpulan dalam bentuknya yang bermacam-macam itu dengan cara menyelidiki bagaimana pikiran-pikiran itu berfungsi dalam penemuan-penemuan yang berdasarkan pengalaman yang mengenai konsekuensi-konsekuensi di masa depan.
                Menurut Dewey, kita ini hidup dalam dunia yang belum selesai penciptaannya. Sikap Dewey dapat dipahami dengan sebaik-baiknya dengan meneliti tiga aspek dari yang kita namakan instrumentalisme.
1.       Temporalisme : ada gerak dan kemajuan nyata dalam waktu.
2.       Futurisme        : melihat hari esok dan tidak pada hari kemarin.
3.       Milionarisme  :dunia dapat diubah lebih baik dengan tenaga kita.
Pandangan ini pula yang dianut oleh William James.
John Dewey mengembangkan lebih jauh dari Pengembangkan Pragmatisme James. Jika James mengembangkan Pragmatisme untuk memecahkan masalah-masalah individu, maka Dewey mengembangkan Pragmatisme dalam rangka mengarahkan kegiatan intelektual untuk mengatasi masalah sosial yang timbul di awal abad ini. Dewey menggunakan pendekatan biologis dan psikologis, berbeda dengan James yang tidak menggunakan pendekatan biologis. Dewey menerapkan Pragmatismenya dalam dunia pendidikan Amerika dengan mengembangkan suatu teori problem solving, yang mempunyai langkah-langkah sebagai berikut :
1. Merasakan adanya masalah.
2. Menganalisis masalah itu, dan menyusun hipotesis-hipotesis yang mungkin.
3. Mengumpulkan data untuk memperjelas masalah.
4. Memilih dan menganalisis hipotesis.
5. Menguji, mencoba, dan membuktikan hipotesis dengan melakukan eksperimen
Meskipun berbeda-beda penekanannya, tetapi ketiga pemikir utama Pragmatisme menganut garis yang sama, yakni kebenaran suatu ide harus dibuktikan dengan pengalaman.
Demikianlah Pragmatisme bergerak dan menggurui dunia, bahwa yang benar itu hanyalah yang mempengaruhi hidup manusia serta yang berguna dalam praktik dan dapat memenuhi kebutuhan manusia.


C. Kritik Terhadap Pragmatisme
Kekeliruan Pragmatisme dapat dibuktikan dalam tiga tataran pemikiran :
a.       Kritik dari Segi Landasan Ideologi
Pragmatisme dilandaskan pada pemikiran dasar yakni memisahkan agama dari kehidupan (sekularisme). Hal ini nampak dari perkembangan historis kemunculan Pragmatisme, yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari Empirisme. Dengan demikian, dalam konteks ideologis, Pragmatisme berarti menolak agama sebagai sumber ilmu pengetahuan.
b.   Kritik dari Segi Metode Berpikir
Pragmatisme yang tercabang dari empirisme nampak jelas menggunakan metode ilmiah, yang dijadikan sebagai asas berpikir untuk segala bidang pemikiran, baik yang berkenaan dengan sains dan teknologi maupun ilmu-ilmu sosial. Ini adalah suatu kekeliruan.
Metode ilmiah adalah metode tertentu untuk melakukan pembahasan/pengkajian untuk mencapai kesimpulan pengertian mengenai hakekat materi yang dikaji, melalui serang¬kaian percobaan/eksperimen yang dilakukan terhadap materi. Memang, metode ini merupakan metode yang benar untuk objek-objek yang bersifat materi/fisik seperti halnya dalam sains dan teknologi. Tetapi menjadikan metode ilmiah sebagai landasan berpikir untuk segala sesuatu pemikiran adalah suatu kekeliruan, sebab yang seharusnya menjadi landasan pemikiran adalah metode aqliyah / rasional, bukan metode ilmiah. Sebab, metode ilmiah itu sesungguhnya hanyalah cabang dari metode aqliyah. Argumen yang mendasari sebagaimana disebutkan oleh Taqiyuddin An Nabhani adalah :
a.       Bahwa untuk melaksanakan eksperimen dalam metode ilmiah, tak dapat tidak pasti   dibutuhkan informasi-informasi sebelumnya. Dan informasi sebelumnya ini, diperoleh melalui metode aqliyah, bukan metode ilmiah. Maka, metode aqliyah berarti menjadi dasar bagi adanya metode ilmiah.
b.      Bahwa metode ilmiah hanya dapat mengkaji objek-objek yang bersifat fisik atau material yang dapat diindera. Dia tidak dapat digunakan untuk mengkaji objek-objek pemikiran yang tidak terindera seperti sejarah, bahasa, logika, dan hal-hal yang ghaib. Sedang metode aqliyah, dapat mengkaji baik objek material maupun objek pemikiran. Maka dari itu, metode aqliyah lebih tepat dijadikan asas berpikir, sebab jangkauannya lebih luas daripada metode ilmiah.
   Atas dasar dua argumen ini, maka metode ilmiah adalah cabang dari metode aqliyah. Jadi yang menjadi landasan bagi seluruh proses berpikir adalah metode aqliyah, bukan metode ilmiah, sebagaimana yang terdapat dalam pragmatisme.
c.       Kritik Terhadap Pragmatisme Itu Sendiri
            Pragmatisme adalah aliran yang mengukur kebenaran suatu ide dengan kegunaan praktis yang dihasilkannya untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pragmatisme menimbulkan relativitas dan kenisbian kebenaran sesuai dengan perubahan subjek penilai ide dan perubahan konteks waktu dan tempat. Dengan kata lain, kebenaran hakiki pragmatisme baru dapat dibuktikan setelah melalui pengujian kepada seluruh manusia dalam seluruh waktu dan tempat.

D. KESIMPULAN
.
  • Filosuf yang terkenal sebagai tokoh filsafat pragmatisme adalah William James dan John Dewey. Mereka berdualah yang paling bertanggung jawab terhadap generasi Amerika sekarang, karena di Amerika Serikat pragmatisme mendapat tempat tersendiri dengan melekatnya nama John Dewey sebagai tokohnya, disamping William James.
  • Pragmatisme berasal dari kata pragma (bahasa Yunani) yang berarti tindakan, perbuatan. Pragmatisme adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa kriteria kebenaran sesauatu ialah apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata
  • Kritik terhadap pragmatisme, antara lain :
1)Kritik dari segi landasan ideologi.
2)Kritik dari segi metode berfikir.
3)Kritik terhadap pragmatisme itu sendiri.
·                                                                     Instrumentalisme =
1)      Temporalisme : ada gerak dan kemajuan nyata dalam waktu.
2)      Futurisme        : melihat hari esok dan tidak pada hari kemarin.
3)      Milionarisme  :dunia dapat diubah lebih baik dengan tenaga kita.

DAFTAR PUSTAKA
1. Juhaya S. Praja, Prof., Dr.,2003, Aliran-aliran Filsafat dan Etika, Jakarta : Prenada Media.
2. Syadali Ahmad Mudzakir, Drs., dkk., 1997, Filsafat Umum, Bandung : CV. Pustaka Setia:

3.  Hadiwijono Harun, 2007, Sari sejarah filsafat 2, Yogyakarta : Kanisius.
4. Richarrd T. Nolan., dkk, 1984, Persoalan persoalan filsafat, Jakarta : P.T Bulan   Bintang.





ARAB PRA ISLAM


BANGSA ARAB SEBELUM DATANGNYA ISLAM


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Dalam pengetahuan, sejarah menempati posisi yang penting dan signifikan. Ia bisa dikatakan sebagai Mother of Knowladge. Berangkat dari sejarah, pengetahuan dapat digali dan dikaji demi kebaikan peradaban pada masa yang akan datang. Proses memahami dalam kajian sejarah harus dibarengi pula dengan pendekatan dan metodologi yang memadai, karena jika tidak demikian wajah sejarah tidak lagi indah untuk dinikmati, tapi sejarah berwajah garang karena akan diperas untuk kepentingan sebagian kelompok.
Perlu dimengerti bahwa kebudayaan menjangkau segala macam aspek kehidupan. Interaksi antar-manusia, yang hidup dalam suatu masyarakat, dengan lingkungannya menghasilkan diantaranya skema hasil milik, pencapaian dan penggunaan benda-benda
Material dan teknologi, fakta-fakta berkaitan dengan kehidupan seks, tingkah laku sebagai orang tua, perserikatan-perserikatan atau upacara-upacara yang memberikan kerangka kehidupan kepada masyarakat; kegiatan transaksi ekonomi, peran dewa dan ketentuan-ketentuan supranatural. Kebudayaan selalu hidup dalam suatu masyarakat tertentu dimana anggotanya saling berinteraksi dan berkomunikasi secara teratur. Karena interaksi antar anggota masyarakat tertentu dalam kurun waktu yang cukup lama, maka dengan sendirinya akan terjadi seleksi nilai-nilai yang diangkat menjadi norma bagi perilaku anggota yang bersifat mengikat.
Sejak sebelum kehadiran Muhammad SAW, keadaan masyarakat Arab sangat rapuh, antara suku saling berperang hanya karena persoalan kecil. Perang antara Bani Akbar dan Bani Taghlib yang berlangsung selama 40 tahun,  terjadi akibat persoalan sepele yaitu saling mengejek dalam ajang pacuan kuda antara kuda jantan dan kuda betina.
Menjelang lahirnya Muhammad ibn Abdullah di masyarakat Arab terdapat sekelompok orang yang dikenal sebagai kaum hanif, 
                                                                          
BAB II
PEMBAHASAN
v  Silsilah Bangsa Arab dan Tinjauan Geografis Arab Pra-Islam
Bangsa arab mempunyai akar panjang dalam sejarah, mereka termasuk ras atau rumpun bangsa Caucasoid, dalam subras Mediterranean yang anggotanya meliputi wilayah sekitar laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arabia, dan Irania.
Bangsa arab hidup berpindah-pindah, nomad, karena tanahnya gurun pasir yang kering dan sangat sedikit turun hujan. Perpindahan mereka dari satu tempat ke tempat lain mengikuti tumbuhnya stepa atau padang rumput yang tumbuh di tanah arab disekitar oasis atau genangan air setelah turun hujan. Mereka mendiami wilayah jazirah Arabia yang dahulu merupakan sambungan dari wilayah gurun yang membentang dari barat sahara di Afrika hingga ke timur meliputi Asia, Iran Tengah dan Gurun Gobi di Cina. Wilayah itu sangat kering dan panas karena uap air tidak memenuhi kebutuhan untuk mendinginkan daratan luas yang berbatu. Penduduk Arab tinggal di kemah-kemah dan hidup berburu untuk mencari nafkah, bukan bertani dan berdagang yang tidak diyakini sebagai kehormatan bagi mereka, memang negeri itu susah ditanami dan diolah. Footnote 1  
Meskipun demikian, wilayah ini subur dalam menghasilkan bahan perminyakan.
Dalam analisis Philip K. Hitty, semenanjumg Arab dan orang-orang Arab sudah dikenal baik oleh orang Yunani dan Romawi. Sebab negeri tersebut berada di jalur perdagangan mereka meneju India dan Cina. Negeri ini dikenal sebagai penghasil berbagai komoditas yang sangat bernilai dipasaran barat. Penduduknya adalah pedagang perantara di laut-laut selatan, seperti halnya kerabat mereka, orang-orang pheonisia sebelumnya merupakan orang-orang Mediterania. Footnote 2
Para penulis klasik membagi negeri arab menjadi Arab Felix, Arab Petra dan Arab Gurun. Arab Gurun meliputi gurun pasir Suriah-Mesopotania (badiyah). Wilayah Arab Petra (gunung batu) berpusat di dataran Sinai dan Kerajaan Nabasia, dengan ibu kota Petra. Wilayah Arab Felix mencakup bagian lainnya di semenanjung Arab, yang kondisinya tidak banyak diketahui. Footnote 3 hal 48
Begitu pula dalam tulisan Ali Mufrodi bahwa dalam membicarakan wilayah geografis yang didiami bangsa Arab sebelum islam, orang membatasi pembicaraan hanya pada jazirah arab, padahal bangsa Arab juga mendiami daerah-daerah disekitar Jazirah. Jazirah Arab memang merupakan kediaman mayoritas bangsa Arab kala itu. Jazirah Arab terdiri dari dua bagian besar, yaitu bagian tengah dan bagian pesisir. Disana tidak ada sungai yang mengalir tetap, yang ada hanya lembah-lembah berair di musim hujan. Sebagian besar daerah Jazirah adalah padang pasir sahara yang terletak  ditengah dan memiliki keadaan dan sifat yang berbeda-beda.
Penduduk Sahara minoritas terdiri atas suku-suku Badui yang mempunyai gaya hidup pedesaan dan nomadik, berpindah dari satu daerah ke daerah lain guna mencari air dan padang rumput untuk binatang gembalaan mereka, yaitu kambing dan unta.
v  Struktur Masyarakat dan Pemerintahan Arab Pra Islam
Bila dilihat dari asal usul keturunan, penduduk Jazirah Arab dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu Qahthaniyun (Keturunan Qahthan) dan Adnaniyun. Akan tetapi lama kelamaan kedua golongan itu membaur karena perpindahan-perpindahan dari utara ke selatan atau sebaliknya.
Lebih lanjut Ahmad Hashari menjelaskan bahwa penduduk Arab kuno adalah penduduk fakir miskin yang hidup di pinggiran desa terpencil; mereka senang berperang, membunuh, dan kehidupannya bergantung pada cocok tanam dan turunnya hujan. Mereka berpegang pada aturan qabilah atau suku dalam kehidupan social. Sementara penduduk Arab kota (madani) adalah orang-orang yang melakukan perdagangan dan sibuk dengan bepergian, dan mereka juga berpegang teguh pada aturan qabilh atau suku. Footnote 4 hal 50,agus
Masyarakat, baik nomadic maupun yang menetap, hidup dalam budaya kesukuan Badui. Organisasi dan identitas sosial berakar pada keanggotaan dalam suatu rentang komunitas yang luas. Kelompok beberapa keluarga membentuk kabilah (clan). Beberapa kelompok kabilah membentuk suku (trile) dan dipimpin oleh seorang syekh. Mereka sangat menekankan hubungan kesukuan, sehingga kesetiaan dan solidaritas kelompok menjadi sumber kekuatan bagi suatu kabilah atau suku. Footnote 5 buku agus
Bangsa Arab disekitar Mekkah, khususnya suku bangsa Quraisy, mengembangkan sistem pemerintahan oligarki/pemerintahan oleh suatu kelompok atau beberapa orang (Guralnik, 1964: hlm. 521) yang membagi-bagi kekuasaan berdasarkan bidang-bidang tertentu. Ada kabilah tertentu yang menangani masalah peribadatan, ada yang bertugas menangani bidang pertahanan, ada pula yang bertugas dalam pengembangan perekonomian. Beberapa Departemen yang terdapat dalam pemerintahan kota Mekah. Diantaranya yang pokok ada 5 yaitu sebagai berikut :
1.      al-Hijabah Departemen ini fungsinya adalah menutup ka’bah.
2.      al-Saqayah yang bertanggungjawab masalah minuman air dari sumur Zamzam kepada para jama’ah haji.
3.      al-Rifadah yang bertugas pokok untuk para jama’ah haji.
4.      al-Nadwa urusan keanggota di majlis syura’.
5.      al-Liwa, Departemen yang bertanggungjawab untuk menaikan bendera.      
Perlu digarisbawahi, bahwa pada masa Pra-Islam pemerintahan maupun dalam tubuh kabilah yang menjalankannya, mereka para eksekutif  harus mematuhi hasil/tugas yang dibebankan oleh majlis syura.
·         Agama dan Kebudayaan Arab Pra-Islam
Mayoritas orang Arab menganut agama Yahudi, pandai bercocok tanam dan membuat alat-alat dari besi. Seperti perhiasan dan persenjataan. Sama dengan penganut agama yahudi, orang-orang Kristen juga mendapat pengaruh dari kebudayaan Hellenisme dan pemikiran Yunani. Daerah Kristen yang terpenting adalah Najran, sebuah daerah yang subur. Penganut agama Kristen tersebut berhubungan dengan Habasyah (Ethiopia), Negara yang melindungi agama ini. Penganut aliran Nestorianlah yang bertindak sebagai penghubung antara kebudayaan Yunani dan kebudayaan Arab pada masa awal kebangkitan islam.
Walaupun agama Yahudi dan Kristen sudah masuk ke Jazirah Arab, bangsa Arab kebanyakan masih menganut agama asli mereka, yaitu percaya pada banyak dewa yang diwujudkan dalam bentuk berhala dan patung.
Sejarah mencatat, bahwa menjelang kelahiran Muhammad, bangsa Arab masih menempatkan Allah sebagai Tuhannya walaupun dalam perkembangan berikutnya mengalami proses pembiasaan yang mengakibatkan terjadinya pengingkaran prinsip tauhid. Pada umumnya, mereka menjadikan berhala sebagai sesuatu yang sangat dekat  dengan mereka, yang menentukan kehidupan mereka. Karena itu mereka biasa disebut sebagai penyembah berhala atau paganisme. Penyembahan berhala ini, pada mulanya terjadi ketika orang-orang Arab pergi ke luar kota Mekah. Mereka selalu membawa batu yang diambil dari sekitar ka’bah. Mereka menyucikan batu dan menyembahnya dimanapun mereka berada. Lama-kelamaan dibuatlah patung yang terbuat dari batu untuk disembah dan orang mengelilinginya (tawaf). Kemudian mereka memindahkan patung-patung itu dan jumlahnya mencapai 360 buah dan diletakkannya disekitar Ka’bah.
Disamping itu, ada patung-patung yang tetap berada di luar Mekah. Beberapa patung yang terkenal, antara lain, adalah Manah atau Manata di dekat Yastrib atau Madinah; Al-Latta di Taif (menurut catatan sejarah ini adalah patung yang tertua); Al-Uzza di Hijaz; dan Hubal atau patung terbesar, terbuat dari batu Akik, berbentuk manusia dan diletakkan di dalam Ka’bah. Mereka percaya; menyembah berhala-berhala itu bukan berarti menyembah wujudnya, tetapi hal itu dimaksudkan sebagai perantara untuk menyembah Tuhan. Pernyataan ini sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur,an,bahwa kami tidak menyembah kepada mereka, melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya (Q.S. 39 [al-Zumar;3]). Oleh sejarahwan, masa itu disebut sebagai masa jahiliyah, masa kegelapan, masa kebodohan dalam hal moral (agama), bukan dalam hal seperti ekonomi perdagangan, dan sastra. Mereka beragama dengan mengagungkan anggapan-anggapan mereka sendiri. Dengan demikian, perilaku sehari-hari banyak yang akhirnya menyimpang dari hakekat bertuhan. Beberapa perilaku Arab Pra-Islam, banyak dicatat dalam sejarah adalah membunuh anak perempuan, melembagakan perbudakan, dan sebagainya (Rahman, 1977:7-9 dan Muntaha dkk, 2002:21-23).
Bangsa Arab suka berperang, oleh karena itu, peperangan antar suku sering terjadi. Sikap ini tampaknya telah mendarah daging dalam diri orang Arab. Dalam masyarakat yang suka berperang tersebut, nilai wanita menjadi sangat rendah. Situasi seperti ini terus berlangsung sampai datangnya agama islam. Dunia Arab kala itu merupakan kancah peperangan terus-menerus. Akibat peperangan yang terus menerus, kebudayaan mereka tidak berkembang. Oleh karena itu, bahan-bahan sejarah Arab Pra-Islam sangat langka didapatkan di dunia Arab dan bahasa Arab. Ahmad Syalabi menyebutkan, sejarah mereka hanya dapat diketahui dari masa kira-kira 150 tahun menjelang lahirnya agama Islam.
Pengetahuan itu diperoleh melalui syair-syair yang beredar di kalangan para perawi syair. Dengan begitulah, sejarah dan sifat masyarakat Badui Arab dapat diketahui, antara lain bersemangat tinggi dalam mencari nafkah, sabar menghadapi kekerasan alam, dan juga dikenal sebagai masyarakat yang cinta kebebasan.
Dengan kondisi alami yang tidak berubah itu, masyarakat Badui pada dasarnya tetap berada dalam fitrahnya. Kemurniannya terjaga, jauh lebih murni dari bangsa lain. Dasar-dasar kehidupan mereka mungkin dapat disejajarkan dengan bangsa-bangsa yang masih dalam taraf permulaan perkembangan budaya. Bedanya dengan bangsa lain, hampir seluruh penduduk Badui, adalah penyair.
Lain halnya dengan penduduk negeri yang telah berbudaya dan mendiami pesisir Jazirah Arab, sejarah mereka dapat diketahui lebih jelas. Mereka selalu mengalami perubahan sesuai dengan perubahan situasi dan kondisi yang mengitarinya. Mereka mampu membuat alat-alat dari besi, bahkan mendirikan kerajaan-kerajaan. Kota-kota mereka masih merupakan kota-kota perniagaan dan memang Jazirah Arab ketika itu merupakan daerah yang terletak pada jalur perdagangan yang menghubungkan Syam dan Samudra India. Sebagaimana masyarakat Badui, penduduk negeri ini juga mahir menggubah syair. Biasanya, syair-syair itu dibacakan di pasar-pasar, mungkin semacam pergelaran pembacaan syair, seperti di pasar Ukaz. Bahasa mereka kaya dengan ungkapan, tata bahasa, dan kiasan.
 

PENGURUTAN WAJAH


PENGURUTAN WAJAH


PENGURUTAN WAJAH

*             Tujuan
Untuk mempertahnkan kekenyalan jaringan-jaringan otot wajah sehingga proses menuanya kulit tertunda.

*             Guna pengurutan
·           Melancarkan peredaran darah
·           Melembabkan kulit wajah
·           Mengurangi keriput
·           Menyegarkan kulit wajah

*             Langkah – langkah pengurutan wajah
1.      Mengenakan kosmetika pembersih.
Oleskan pada muka bagia dahi, hidung, dagu, pipi dan leher. Ratakan kosmetika pembersih tersebut.

2.     Pengurutan leher
Mulai dari arah dagu ke bawah kemusian dari bawah ke atas, berganti – ganti dengan tangan kiri dan kanan.

3.     Pengurutan dagu
Mulai dari bawah dagu ditepuk – tepuk degan punggung jari kedua tangan berganti – ganti kanan – kiri.

4.     Pengurutan rahang
Rahang diurut dengan ibu jari dan jari telunjuk dengan gerakan usap mulai dari dagu kea rah telinga. Sebelah kiri dengan tangan kiri, sebelah kanan dengan arah kanan.

5.     Pengurutan mulut dan hidung
Dengan kedua jari (jari tangah dan jari manis) urut dagu, mulut dengan gerak putar. Mulai dari tangah dagu ke ujung mulut ke kuping hidung.

6.     Pengurutan pipi
Mulai dari rahang ke arah pelipis pipi diurut dengan usap dengan kedua telapak tangan.

7.     Urutan kelilng mata
Kedua ibu jari diletakkan di bawah dagu. Sekeliling mata diurut dengan kedua pasang jari. Mulai pangkal hidung lewat alis mata dengan sedikit tekanan kebwah.

8.     Pengurutan ujung mata dan pelipis
Dengan kedua jari urut, ujung mata diurut dengan gerak putar setempat, dan diakhiri dengan gerak getaran ke arah pelipis.

9.     Pengurutan kening
Kening diusap dari pangkal hidung ke arah pertumbuhan rambut.
Ada 2 cara.
·           Dari alis ke atas
·           Kadua telapak tangan urut secara berganti – ganti

10.   Pengurutan seluruh muka kening, keliling mata, pipi dan dagu, ditepuk – tepuk dengan keempat jari tanagan. Mulai dari kening ke dagu.

*             Penggunaan masker
Masker adalah adonan kental yang dipoleskan pada wajah, setelah dibuka kulit wajah menjadi bersih / segar kembali.

*             Kegunaan masker
·           Menyehatkan kulit
·           Membersihkan kotoran pada kulit wajah
·           Mengencangkan kulit wajah.

ISLAM DAN TANGGUNG JAWAB


ISLAM DAN TANGGUNG JAWAB



BAB I
PENDAHULUAN

Manusia dapat didefinisikan secara sederhana menurut bentuk fisiknya. Tetapi pada dasarnya definisi tentang manusia sangatlah rumit dan sangat – sangat kompleks serta sangat tidak mudah untuk didefinisikan secara terperinci. Manusia merupakan mahluk individual (pribadi), manusia juga mahluh sosial (berkmasyarakat) dan manusia juga merupakan mahluk pengabdi dalam batasan seorang hamba (religi) artinya adalah manusia itu sendiri sebagai mahluk tuhan. Jika ditinjau dari definisi manusia dari aspek tersebut diatas maka tidak akan terlepas peranan manusia di dunia ini yang mencakup ketiganya secara sederhana namun kompleks. Sehingga dari pernyataan dan definesi tersebutlah dapat disimpulkan bahwa manusia adalah mahluk pembelajar.
Karena manusia pada hakikatnya adalah mahluk pembelajar, maka diperlukan sebuah kontrol sistem dalam sebuah pemainan karakter didunia ini, yaitu tanggung jawab. Tanggung jawab merupaka kesadaran akan setiap sikap dan tingkah laku yang telah dilakukan atau bahkan akan dilakukan, baik sengaja atau tidak di dalam dunia ini, baik secara personal, sosial hingga kejenjang yang lebih tinggi yaitu pengabdian seorang hamba terhadap tuhannya.
BAB II
PEMBAHASAN

1.      TANGGUNG JAWAB
Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib menanggung segala sesuatu, sehingga bertanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya atau dengan kata lain memberikan jawab dan menanggung akibatnya.
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak di sengaja.Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban.
Tanggung jawab bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab. Apabila ia tidak mau bertanggung jawab, maka ada pihak lain yang memaksa tanggung jawab itu. Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi yang berbuat dan dari sisi yang kepentingan pihak lain. Dari sisi si pembuat ia harus menyadari akibat perbuatannya itu dengan demikian ia sendiri pula yang harus memulihkan ke dalam keadaan baik. Dari sisi pihak lain apabila si pembuat tidak mau bertanggung jawab, pihak lain yang akan memulihkan baik dengan cara individual maupun dengan cara kemasyarakat.
Apabila dikaji, tanggung jawab itu adalah kewajiban atau beban yang harus dipikul atau dipenuhi, sebagai akibat perbuatan pihak yang berbuat, atau sebagai akibat dari perbuatan pihak lain, atau sebagai pengabdian, pengorbanan pada pihak lain.
2.      MACAM MACAM TANGGUNG JAWAB
Manusia itu berjuang adalah memenuhi keperluannya sendiri atau untuk keperluan pihak lain. Untuk itu ia menghadapi manusia lain dalam masyarakat atau menghadapi lingkungan alam. Dalam usahanya itu manusia juga menyadari bahwa ada kekuatan lain yang ikut menentukan, yaitu kekuasaan Tuhan. Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dibedakan menurut keadaan manusia atau hubungan yang dibuatnya, atas dasar ini, lalu dikenal beberapa jenis tanggung jawab yaitu:
a.      Tanggung jawab terhadap diri sendiri
Tanggung jawab terhadap diri sendiri menentukan kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi. Dengan demikian bisa memecahkan masalah-masalah kemanusiaan mengenai dirinya sendiri menurur sifat dasarnya manusia adalah mahluk bermoral, tetapi manusia juga pribadi. Karena merupakan seorang pribadi maka manusia mempunyai pendapat sendiri, perasaan sendiri, berangan-angan sendiri. Sebagai perwujudan dari pendapat, perasaan dan angan-angan itu manusia berbuat dan bertindak. Dalam hal ini tindakan dan perbuatan manusia tidak dapat luput dari kesalahan, kekeliruan, baik yang sengaja maupun yang tidak disengaja. Manusia harus bertanggung jawab terhadap akal (pikiran)nya, ilmu, raga, harta, waktu, dan kehidupannya secara umum. Rasulullah bersabda: "Bani Adam tidak akan lepas dari empat pertanyaan (pada hari kiamat nanti), tentang umur, untuk apa ia habiskan, tentang masa muda, bagaimana ia pergunakan, tentang harta, dari mana ia peroleh dan untuk apa ia gunakan, tentang ilmu, untuk apa ia amalkan."
  1. Tanggung jawab terhadap keluarga
Keluarga merupakan masyarakat kecil. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada keluarga. Tanggung jawab ini menyangkut nama baik keluarga.
  1. Tanggung jawab terhadap masyarakat
Pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lain, manusia adalah makhluq yang membutuhkan orang lain dalam hidupnya untuk pengembangan dirinya. Dengan kata lain, ia mempunyai kewajiban-kewajiban moral terhadap lingkungan sosialnya. Kewajiban sangat erat kaitannya dengan eksistensi seseorang sebagai bagian dari masyarakat, sesuai dengan kedudukannya sebagai mahluk sosial. Karena membutuhkan manusia lain maka ia harus berkomunikasi dengan manusia lain, mempunyai tanggung jawab seperti anggota masyarakat yang lain agar dapat melangsungkan hidupnya dalam masyarakat tersebut.
  1. Tanggung jawab kepada Bangsa / Negara
Suatu kenyataan lagi, bahwa tiap manusia, tiap individu adalah warga negara suatu negara. Dalam berpikir, berbuat, bertindak, bertingkah laku manusia tidak dapat berbuat semaunya sendiri. Bila perbuatan itu salah, maka ia harus bertanggung jawab kepada Negara
  1. Tanggung jawab terhadap Tuhan
Tindakan manusia tidak bisa lepas dari hukum-hukum Tuhan yang dituangkan dalam berbagai kitab suci melalui berbagai macam agama. Pelanggaran dari hukum-hukum tersebut akan segera diperingatkan oleh Tuhan dan jika dengan peringatan yang keraspun manusia masih juga tidak menghiraukan maka Tuhan akan melakukan kutukan. Sebab dengan mengabaikan perintah-perintah Tuhan berarti mereka meninggalkan tanggung jawab yang seharusnya dilakukan manusia terhadap Tuhan sebagai penciptanya
3. PENGABDIAN DAN PENGORBANAN
1. Pengabdian
Pengabdian itu adalah perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat ataupun tenaga sebagai perwujudan kesetiaan, cinta, kasih sayang, hormat, atau satu ikatan dan semua itu dilakukan dengan ikhlas. Pengabdian itu hakekatnya adalah rasa tanggung jawab, apabila orang bekerja keras sehari penuh untuk mencukupi kebutuhan, hal itu berarti mengabdi kepada keluarga.
2.Pengorbanan
Pengorbanan berasal dari kata korban atau kurban yang berarti persembahan, sehingga pengorbanan berarti pemberian untuk menyatakan kebaktian. Dengan demikian pengorbanan yang bersifat kebaktian itu mengandung unsur keikhlasan yang tidak mengandung pamrih suatu pemberian yang didasarkan atas kesadaran moral yang tulus ikhlas semata-mata.
Perbedaan antara pengertian pengabdian dan pengorbanan tidak begitu jelas, karena adanya pengabdian tentu ada pengorbanan, pengabdian mengandung arti lebih rendah
tingkatannya. Tetapi untuk kata pengorbanan dapat juga diterapkan kepada sesama teman.
Pengorbanan merupakan akibat dari pengabdian. Pengorbanan dapat berupa harta benda, pikiran, perasaan, bahkan dapat juga berupa jiwanya. Pengorbanan diserahkan secara ikhlas tanpa pamrih, tanpa ada perjanjian, tanpa ada transaksi, kapan saja diperlukan.
Pengabdian lebih banyak menunjuk kepada perbuatan sedangkan, pengorbanan lebih banyak menunjuk kepada pemberian sesuatu misalnya berupa pikiran, perasaan, tenaga, biaya, waktu. Dalam pengabdian selalu dituntut pengorbanan belum tentu menuntut pengabdian.
3.      ISLAM DAN TANGGUNG JAWAB
Tanggung jawab adalah sifat terpuji yang mendasar dalam diri manusia. Selaras dengan fitrah. Tapi bisa juga tergeser oleh faktor eksternal. Setiap individu memiliki sifat ini. Ia akan semakin membaik bila kepribadian orang tersebut semakin meningkat. Ia akan selalu ada dalam diri manusia karena pada dasarnya setiap insan tidak bisa melepaskan diri dari kehidupan sekitar yang menunutut kepedulian dan tanggung jawab. Inilah yang menyebabkan frekwensi tanggung jawab masing-masing individu berbeda. Tanggung jawab mempunyai kaitan yang sangat erat dengan perasaan. Yang kami maksud adalah perasaan nurani kita, hati kita, yang mempunyai pengaruh besar dalam mengarahkan sikap kita menuju hal positif. Nabi bersabda: "Mintalah petunjuk pada hati (nurani)mu."
 
Dalam wacana keislaman, tanggung jawab adalah tanggung jawab personal. Seorang muslim tidak akan dibebani tanggung jawab orang lain. Allah berfirman: "Setiap jiwa adalah barang gadai bagi apa yang ia kerjakan." Dan setiap pojok dari ruang kehidupan tidak akan lepas dari tanggung jawab. Kullukum râ'in wa kullukum mas'ûlun 'an Ro‘iyyatih.....
Pada prinsipnya tanggungjawab dalam Islam itu berdasarkan atas perbuatan individu saja sebagaimana ditegaskan dalam beberapa ayat seperti ayat 164 surat Al An’am
وَلَا تَكْسِبُ كُلُّ نَفْسٍ إِلَّا عَلَيْهَا وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى
Artinya: “Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.”
Dalam surat Al Mudatstsir ayat 38 dinyatakan
كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ
Artinya: “Tiap-tiap diri bertanggungjawab atas apa yang telah diperbuatnya”
Dalam surat lain Allah SWT berfirman :
إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَءَاثَارَهُمْ وَكُلَّ شَيْءٍ أحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ(12)
Artinya: Kami menuliskan apa-apa yang mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. (Yaasiin 12).
Ayat ini menegaskan bahwa tanggang jawab itu bukan saja terhadap apa yang diperbuatnya akan tetapi melebar sampai semua akibat dan bekas-bekas dari perbuatan tersebut. Orang yang meninggalkan ilmu yang bermanfaat, sedekah jariyah atau anak yang sholeh , kesemuanya itu akan meninggalkan bekas kebaikan selama masih berbekas sampai kapanpun. Dari sini jelaslah bahwa Orang yang berbuat baik atau berbuat jahat akan mendapat pahala atau menanggung dosanya ditambah dengan pahala atau dosa orang-orang yang meniru perbuatannya.
BAB III
PENUTUP

  1. KESIMPULAN
Tanggung jawab menjadi suatu perbuatan yang harus kita lakukan guna mempertahankan eksistensi kita sebagai makhluq social yang hidup dalam masyarakat. Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak di sengaja. Ada bebrapa macam tanggung jawab yakni :
  1. Tanggung jawab terhadap diri sendiri
  2. Tanggung jawab terhadap keluarga
  3. Tanggung jawab terhadap masyarakat
  4. Tanggung jawab terhadap bangsa/negara
  5. Tanggung jawab terhadap tuhan
Dalam wacana keislaman, tanggung jawab adalah tanggung jawab personal. Seorang muslim tidak akan dibebani tanggung jawab orang lain. Allah berfirman: "Setiap jiwa adalah barang gadai bagi apa yang ia kerjakan." Dan setiap pojok dari ruang kehidupan tidak akan lepas dari tanggung jawab. Kullukum râ'in wa kullukum mas'ûlun 'an Ro‘iyyatih.....
  1. DAFTAR PUSTAKA
  1. Mustopo, M.Habib, dkk, Ilmu Budaya Dasar (kumpulan Essay-manusia dan budaya), Usaha Nasional, Surabaya, 1983
  2. Suyadi, MP, Buku Materi Pokok Ilmu Budaya Dasar, Depdik-bud U-T, 1984
3.      Widagdho, Djoko, Ilmu Budaya dasar, Bumi Aksara, jakarta, 1999.